Satu di antaranya karena penjatahan amunisi presisi (terarah) dengan senjata udara dan artileri, untuk memberikan perlindungan bagi unit penyerang IDF.
Serangan udara pra-serangan infanteri ini juga bertujuan untuk melindungi pemindahan tentara dari unit teknis serta unit-unit yang berspesialisasi dalam menjelajahi bangunan-bangunan jebakan.
Kekurangan buldoser penyapu ranjau juga menjadi faktor lain penyebab naiknya angka kematian pasukan IDF.
Fenomena ini dilaporkan tidak hanya terjadi di front Gaza, namun juga di front Lebanon Selatan melawan pasukan Hizbullah.
Beberapa bulan yang lalu, Angkatan Udara Israel membuka jalan bagi serangan dengan mengebom sekitar bangunan dengan tujuan membunuh anggota milisi perlawanan.
Tujuan lain adalah agar ledakan dari serangan udara tersebut menyebabkan ledakan bom jebakan yang ditanam.
Imbasnya, serangan Israel ini kerap menimbulkan banyak korban jiwa di kalangan sipil, hal yang tak dipedulikan Israel dengan menganggapnya hanya sebagai 'collateral damage'
Namun tentara Israel kini mengakui kalau mereka terpaksa melakukan penghematan besar amunisi dengan memberikan jatah ke divisi tentara mereka.
Ini terjadi karena embargo senjata yang diberlakukan oleh beberapa negara, dan juga karena serangan darat di Lebanon, yang telah menjadi prioritas.
Metode Baru di Pertempuran
Tentara pendudukan Israel sebelumnya mengakui kalau bulan lalu terjadi peningkatan jumlah insiden di mana tentara mereka yang tewas akibat ledakan alat peledak lebih tinggi dibandingkan dengan tentara IDF yang tewas dalam serangan rudal terhadap tank atau konfrontasi tatap muka.
Baca juga: Lagi, Hizbullah Sergap Tentara Israel dari Jarak Dekat, Pasukan IDF Rontok di Kfar Kila
Pengakuan ini seiring fakta lain yang terungkap kalau Israel mulai kekurangan amunisi untuk serangan udara sebagai bagian dari metode lama yang mereka pakai seperti penjelasan di atas.
Menurut Haaretz, salah satu akibat dari kebijakan pengetatan penggunaan amunisi ini adalah bahwa pasukan Infanteri Israel terpaksa memikirkan solusi mereka sendiri untuk mengurangi bahaya yang mereka hadapi.
Satu di antara improvisasi yang infanteri IDF lakukan adalah dengan penggunaan kendaraan lapis baja yang sudah tidak digunakan lagi, untuk dijadikan kendaraan 'kamikaze'.
Caranya, lapis baja tersebut diisi dengan sejumlah bahan peledak.