Di Chiva, warga menghabiskan hari Jumat membersihkan puing-puing dari jalan-jalan yang berlumpur setelah hujan lebat hari Selasa membawa lebih banyak hujan dalam delapan jam daripada yang pernah terjadi di kota itu dalam 20 bulan terakhir.
Air meluap melewati selokan yang mengalir melalui kota Valencia, menghancurkan jalan-jalan dan merobohkan dinding-dinding rumah.
Pihak berwenang telah menemukan 205 jenazah—202 di Valencia, dua di Castilla-La Mancha, dan satu di Andalusia.
Pasukan keamanan dan tentara terus mencari sejumlah orang hilang yang tidak diketahui jumlahnya, banyak di antaranya dikhawatirkan terjebak di kendaraan yang hancur atau garasi yang terendam.
"Seluruh Rumah" Hilang
Saat berbicara dengan stasiun radio nasional Spanyol, radio RNE, Amparo Fort, Walikota kota Chiva, mengatakan, "seluruh rumah telah hilang, kami tidak tahu apakah ada orang di dalamnya atau tidak."
Emilio Cuartero, seorang warga di kota Masanasa, dekat Valencia, mengatakan situasinya sungguh tidak dapat dipercaya. Ini bencana dan bantuan yang diberikan sangat sedikit.
"Kami butuh mesin dan derek agar lokasi tersebut dapat diakses. Kami butuh banyak bantuan. Roti dan air," kata Cuartero.
Juan Vicente Pérez, seorang warga Chiva, berkata, "Saya sudah tinggal di sana sepanjang hidup saya, semua kenangan saya ada di sana, orang tua saya tinggal di sana … dan sekarang dalam satu malam semuanya hilang. Jika kami menunggu lima menit lagi, kami tidak akan berada di dunia ini."
Tragedi ini telah memicu gelombang solidaritas di seluruh wilayah.
Di kota-kota yang terkena dampak parah seperti Paiporta, tempat sedikitnya 62 orang kehilangan nyawa, dan Catarroja, penduduk telah berjalan kaki melewati lumpur tebal sejauh bermil-mil ke Valencia untuk mengumpulkan bantuan.
Sepanjang jalan, mereka berpapasan dengan tetangga dari daerah yang tidak terlalu terdampak yang membawa air, barang-barang penting, dan peralatan untuk membantu membersihkan lumpur.
Gelombang relawan begitu besar sehingga pihak berwenang menghimbau masyarakat untuk tidak mengemudi, karena lalu lintas yang padat menghalangi kendaraan darurat untuk mengakses daerah kritis.