Hasil jajak pendapat di sana imbang — tetapi jika sejarah terkini menjadi acuan, itu berarti Trump kemungkinan besar unggul.
Bahkan dalam kekalahan pada tahun 2020, Trump mengaktifkan segmen pemilih yang terlewatkan oleh para pencatat jajak pendapat.
Para pemilih yang cenderung tidak memilih itu bisa saja ikut lagi, dan kampanye mantan presiden tersebut secara khusus menargetkan satu kelompok: pemuda.
Ini kesempatan baginya untuk memicu kesenjangan gender yang akan menguntungkan Donald Trump.
Taktik dan Strategi Trump
Inilah sebagian cara-cara politik yang dilakukan Donald Trump sebelum puncak pemungutan suara 5 November 2024.
Pertama, selama kampanye berlangsung, isu ekonomi telah menduduki peringkat teratas bagi para pemilih.
Meskipun Harris telah memperkecil kesenjangan ekonomi di tahap akhir kampanye, Trump tetap menjadi kandidat yang lebih dipercaya dalam isu tersebut, dengan keunggulan 6 poin dalam jajak pendapat terakhir New York Times/Siena College.
Kedua, isu imigrasi dan aborsi adalah isu terpenting kedua bagi para pemilih, dan yang pertama adalah isu terbaik Trump.
Harris mencoba untuk bergerak ke tengah dan menggambarkan Trump sebagai orang yang tidak serius dengan menunjuk pada penolakan Trump terhadap RUU imigrasi bipartisan Senat awal tahun ini, tetapi para pemilih tidak mempercayainya.
Meskipun sikap Trump semua tergantung pada negara bagian tentang hak aborsi, tidak mengubah politik dalam isu tersebut.
Trump berharap hal itu akan cukup meredakan serangan sehingga memungkinkan para pemilih untuk membagi suara mereka.
Lihat saja jajak pendapat untuk referendum hak aborsi di negara bagian di seluruh negeri dan bandingkan dengan Trump.
Ada banyak pemilih Trump yang mendukung hak aborsi di Arizona, misalnya: jajak pendapat New York Times/Siena College di sana menunjukkan Trump unggul tipis 4 poin — meskipun "ya" pada amandemen konstitusi negara bagian tentang aborsi pada pemungutan suara yang sama unggul 16 poin.