TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Donald Trump akan menjadi Presiden ke-47 Amerika Serikat setelah berhasil memenangkan empat negara bagian kunci, termasuk Pennsylvania.
Trump berhasil meraih hampir setengah dari 270 suara elektoral yang dibutuhkan, jauh di depan lawannya, Kamala Harris.
Namun, apa yang akan terjadi dengan kebijakan luar negeri AS, terutama terhadap Tiongkok, jika Trump kembali memimpin?
Tarif dan Ketegangan: Rencana Trump untuk Tiongkok
Analisis mengindikasikan bahwa jika Trump terpilih kembali, ia akan menerapkan tarif besar-besaran terhadap barang-barang dari Tiongkok.
Di tengah ketidakpastian yang melanda, beberapa pengamat memperkirakan tarif bisa mencapai 60 persen secara keseluruhan, atau bahkan lebih tinggi jika Trump memutuskan untuk mencabut status Most Favored Nation (MFN) untuk Tiongkok.
Meskipun demikian, Trump juga menunjukkan sinyal ambivalen dengan menyatakan keterbukaan untuk bernegosiasi dengan Tiongkok.
“Setiap barang yang mereka kirimkan ke Amerika Serikat akan dikenakan tarif 25% sampai mereka menghentikan masuknya narkoba. Dan saya bisa jamin, narkoba itu akan berhenti sangat cepat,” ungkap Trump dalam sebuah kampanye di Pennsylvania.
Dalam periode kedua kepresidenannya, Trump berpotensi mengalihkan produksi farmasi dari Tiongkok ke dalam negeri.
Ia kemungkinan akan mengincar dan melindungi mineral kunci yang dibutuhkan untuk manufaktur teknologi tinggi, serta terus memperkuat tujuannya untuk mengembalikan manufaktur ke AS.
Sebuah laporan dari The Diplomat menyoroti niat Trump untuk memperkuat posisi ekonomi domestiknya dengan mengambil langkah-langkah tegas.
“Setiap tindakan yang diambil akan menempatkan kita di jalur untuk mendekat pada kemungkinan pemisahan ekonomi,” ungkap analis ekonomi.
Kenangan Konflik di Masa Lalu
Ketegangan antara AS dan Tiongkok bukanlah hal baru.