TRIBUNNEWS.COM - Untuk pertama kalinya, Hizbullah menyerang pangkalan angkatan udara utama Israel dengan rentetan roket yang signifikan, lapor PressTV.
Hizbullah mengumumkan pada hari Selasa (12/11/2024) bahwa mereka menargetkan pangkalan HaHotrim, fasilitas utama angkatan udara Israel yang menampung peralatan, formasi transportasi, dan pabrik mesin.
Pangkalan tersebut, terletak di sebelah selatan kota Haifa yang diduduki, sekitar 40 kilometer dari perbatasan Lebanon-Palestina.
Hizbullah menyatakan bahwa serangan ini merupakan bagian dari rangkaian operasi Khaybar, yang menargetkan pangkalan intelijen Israel dan lokasi strategis lainnya.
Selain operasi ini, Hizbullah meluncurkan segerombolan drone serbu ke pusat komando Brigade Ramim di barak Hunin, dan berhasil mengenai sasaran dengan tepat.
Kelompok tersebut juga menargetkan pangkalan logistik Divisi ke-146 yang terletak di sebelah utara desa Sheikh Dannun, sebelah timur Nahariya.
Hizbullah juga menyerang pangkalan Shraga di utara kota Akka yang diduduki dengan rentetan rudal.
Pangkalan udara Tel Nof Israel yang terletak di selatan Tel Aviv juga menjadi sasaran Hizbullah sebagai bagian dari operasi ini.
Media Israel melaporkan bahwa sedikitnya dua pemukim bersenjata tewas di Nahariya, sementara beberapa lainnya terluka.
Serangan ini merupakan balasan terhadap meningkatnya agresi mematikan rezim Israel terhadap Lebanon.
Lebih dari 3.000 warga Lebanon tewas sejak baku tembak dimulai pada Oktober 2023.
Baca juga: Bakal Serang Hizbullah, Israel Paksa Penduduk 14 Desa di Lebanon Mengungsi, Klaim demi Keselamatan
Sejak Sekretaris Jenderal Hizbullah Hassan Nasrallah dibunuh pada bulan September, Hizbullah telah mengintensifkan serangan balasannya.
Hizbullah berkomitmen untuk mempertahankan serangannya hingga genosida di Gaza berhenti, blokade dicabut, dan permusuhan terhadap Lebanon berakhir.
Israel Tolak Perundingan Gencatan Senjata di Lebanon; Tingkatkan Serangan di Beirut
Sementara itu, serangan udara massal menghantam wilayah selatan Beirut, Selasa (12/11/2024), mengutip The New Arab.
Serangan terjadi saat menteri pertahanan Israel menolak gencatan senjata di Lebanon, dan bersumpah untuk terus menyerang Hizbullah dengan kekuatan penuh.
Satu jam sebelum serangan Israel, perintah evakuasi dikeluarkan untuk Haret Hreik, Ghobeiry, dan Laylaki, semua kota di pinggiran selatan Beirut, yang dikenal sebagai Dahiyeh.
Militer Israel mengumumkan bahwa 11 bangunan akan menjadi sasaran.
Meski sebagian besar penduduk daerah padat penduduk telah meninggalkan rumah mereka, banyak yang tetap tinggal.
Dahiyeh telah menjadi sasaran serangan udara hampir setiap malam, ketika Israel mengintensifkan serangannya di Lebanon pada bulan September.
Serangan udara Israel difokuskan pada pinggiran selatan Beirut dan wilayah Beqaa timur, yang menjadi basis dukungan utama Hizbullah.
Namun, beberapa serangan terjadi di luar wilayah tersebut.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)