TRIBUNNEWS.COM - Presiden Joe Biden bertemu dengan presiden terpilih AS, Donald Trump di Gedung Putih pada Rabu (13/11/2024).
Dalam pertemuan tersebut, salah satu topik yang menjadi pembahasan adalah Iran.
Hal tersebut diungkapkan oleh penasihat keamanan nasional Biden, Jake Sullivan.
"Iran menghadirkan ancaman keamanan nasional yang paling mendesak bagi Amerika Serikat," kata Jake Sullivan, mengutip pernyataan Joe Biden.
Selain Iran, China juga menjadi musuh terbesar AS, namun untuk saat ini, Sullivan mengatakan bahwa Iran berisiko paling besar.
"Lalu ada masalah yang paling mendesak, yaitu Iran dan kelompok proksinya terus mengambil tindakan yang secara langsung mengancam warga Amerika dan kepentingan Amerika di Timur Tengah, dan itu harus ditangani secepatnya," kata Sullivan, dikutip dari Iran Internasional.
Sullivan menjelaskan pada awal masa jabatan Biden, ia telah menghidupkan kembali kesepakatan internasional mengenai program nuklir Iran yang telah ditarik Trump.
Saat itu, Biden mengatakan perjanjian era Obama memungkinkan Iran untuk memperkuat keuangannya dan meningkatkan bantuan kepada sekutu bersenjata di Timur Tengah.
Namun setelah kesepakatan tersebut berjalan, ia melihat kemajuan Iran dalam penjualan minyak dan itu dinilai sebagai ancaman AS.
Respons Iran atas Kemenangan Trump di Pilpres AS
Menurut juru bicara pemerintah Iran, Fatemeh Mohajerani, hasil Pilpres AS 2024 hanya berdampak kecil terharap Iran.
Sehingga tidak ada kebijakan apapun yang akan berubah setelah Trump menjadi presiden AS.
Terutama terhadap perekonomian dan mata pencaharian warga Iran.
Baca juga: Biden Sambut Trump di Gedung Putih, Janjikan Transisi yang Lancar dan Damai
"Hasil pemilihan presiden AS tidak akan membawa perubahan signifikan dan semua persiapan serta prakiraan yang diperlukan telah direncanakan secara proaktif. Mata pencaharian masyarakat tidak akan terpengaruh," kata Fatameh Mohajerani, dikutip dari Iran International.
Mohajerani menilai 2 kandidat calon presiden AS ini sama, tidak ada perbedaan yang signifikan.