Pakar Militer: Korban IDF Menggunung di Lebanon, Tentara Israel Diberondong Al Qassam dari Jarak Dekat di Jabalia
TRIBUNNEWS.COM - Pakar militer dan ahli strategis asal Yordania Mayor Jenderal Fayez Al-Duwairi memberikan analisisnya terkait “sepuluh operasi spesifik” yang dilakukan baru-baru ini oleh milisi perlawanan Palestina melawan tentara pendudukan Israel.
Seperti diketahui, Brigade Al-Qassam mengumumkan beberapa operasi militer melawan tentara Israel di kamp Jabalia dan sekitarnya di Gaza Utara pada Rabu (13/11/2024).
Baca juga: Ribuan Tentara Cadangan Israel Menolak Bertugas, Al Qassam Sikat Puluhan IDF dari Jarak Dekat
Dari sepuluh operasi serangan tersebut, tujuh di antara yang paling menonjol adalah:
- Mengebom sebuah rumah dengan 10 tentara pendudukan Israel, menyebabkan mereka tewas dan terluka.
- Aksi penembak jitu menembak tentara pendudukan Israel.
- Menargetkan pasukan infanteri IDF dengan dua roket anti-personel.
- Menargetkan pasukan IDF di dalam sebuah rumah dengan rudal anti-personel.
- Menargetkan pasukan Israel di dalam sebuah rumah dan menghabisi 7 tentara di dalam dari jarak nol.
- Menargetkan tank Merkava, melenyapkan awaknya, dan menyita senapan mesin dari dalamnya.
- Menargetkan buldoser militer Israel
Brigade Al Qassam mendokumentasikan operasi itu dalam video yang mereka ungguh ke saluran media sosial mereka untuk menunjukkan keaslian klaim pelaksanaan operasi penyerang tersebut.
Atas hal tersebut, Al-Duwairi menilai pelaksanaan operasi-operasi ini menunjukkan kesiapan dan kinerja yang luar biasa Brigade Al Qassam meskipun tentara pendudukan Israel telah memasuki Jalur Gaza utara untuk keempat kalinya.
Baca juga: Kebodohan Berulang, Untuk Ketujuh Kalinya Pasukan Israel Kembali ke Al-Zaytoun Gaza
Dia menjelaskan kalau upaya tentara Israel melakukan penetrasi jauh ke wilayah Jabalia, hingga jarak sekitar 7 kilometer persegi, justru memberikan kesempatan buat petempur gerakan perlawanan Palestina untuk melakukan penyerangan dari jarak nol.
Hal ini yang menyebabkan banyak tentara Israel tewas karena berondongan peluru dari jarak dekat.
"Karena mereka (petempur Al Qassam) hanya mulai menggunakan senjatanya dengan jangkauan maksimum 100 meter dari target. Adapun serangan roket dilakukan pada jarak 10 hingga 20 meter. Hal ini menyebabkan kerugian besar (banyak tewas) di kalangan prajurit Pendudukan Israel," kata Al-Duwairi dikutip dari Khaberni, Kamis (14/11/2024).
Baca juga: Ribuan Tentara Cadangan Israel Menolak Bertugas, Al Qassam Sikat Puluhan IDF dari Jarak Dekat
IDF Ingin Belah Jalur Gaza untuk Mengisolasi
Terkait eskalasi dan perluasan agresi yang dilakukan Israel belakangan ini di Gaza, Al-Duwairi menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan upaya untuk memisahkan Jalur Gaza bagian utara dari Kota Gaza, dengan memperluas dan membuka jalan di wilayah timur Deir Al-Balah, Khan Yunis, dan Rafah.
Selain itu, IDF jga berusaha menyekat wilayah perbatasan Rafah dengan Mesir, yang menegaskan bahwa pendudukan bertujuan untuk mengisolasi wilayah tersebut.
Mayor Jenderal Al-Duwairi menunjukkan kalau kelanjutan operasi khusus milisi perlawanan Palestina dan kerugian besar yang ditimbulkan oleh pendudukan meskipun ada upaya penetrasi yang berulang-ulang, menunjukkan kesiapan yang tinggi dari Brigade Al Qassam.
Hal ini terlepas dari klaim Israel dan Amerika Serikat (AS) kalau Hamas dan jaringan militernya sudah sangat terpukul oleh agresi militer yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun tersebut sejak sernagan Banjir Al Aqsa pada 7 Oktobr 2023 silam.
"Mereka (milisi perlawanan Palestina) mampu melanjutkan perjuangan secara efisien dan kuat meskipun ada banyak ancaman. keadaan sulit yang sedang dialaminya," kata Al-Duwairi.
Korban IDF Menggunung di Lebanon
Mengenai perang di Lebanon, Al-Duwairi menjelaskan mengapa ada perbedaan angka antara perkiraan pendudukan Israel dan perlawanan Lebanon mengenai jumlah korban tewas dan luka-luka di antara pasukan IDF.
Menurutnya, hal itu karena pasukan pendudukan Israel menyembunyikan jumlah sebenarnya kerugian personelnya.
Menurut pengumuman Hizbullah, statistik mengenai jumlah korban tentara Israel melebihi 100 personel, sementara Israel mengumumkan hanya 53 perwira dan tentara yang terbunuh sejak dimulainya agresidarat pada September lalu.
Baca juga: Tentara Israel Mulai Invasi Darat Tahap Kedua di Lebanon Selatan, Hizbullah Punya Keunggulan
Dia menekankan kalau Hizbullah lebih memberikan gambaran yang logis dan meyakinkan tentang serangan-serangan yang mereka lakukan dan jumlah kematian yang diperoleh dari serangan itu.
"Hal itu seperti adanya bukti menargetkan tank dengan 4 orang di dalamnya atau pengangkut pasukan dengan 11 orang di dalamnya, yang mengindikasikan bahwa perkiraan kerugiannya memberikan informasi realistis yang dapat diterima oleh pengamat," kata Al-Duwairi.
Pakar militer menambahkan angka-angka yang diumumkan merupakan indikasi intensitas pertempuran yang sedang berlangsung.
"Ini juga menunjukkan kalau perlawanan Hizbullah masih berlangsung dengan cara yang sangat kohesif (terpadu dan terkoordinir)," katanya.
Al-Duwairi menambahkan, meskipun ada upaya pendudukan Israel untuk melakukan psywar kalau agresi darat mereka menunjukkan progress, fakta di lapangan menunjukkan kalau masih terlalu dini untuk berbicara tentang melemahnya atau hilangnya kemampuan Hizbullah.
"Pertarungan masih dalam tahap awal," kata dia menggambarkan kalau perang Hizbullah dan Israel masih jauh dari akhir.
IDF Melemah, Ekonomi Negara Merosot
Koresponden urusan militer untuk Israel Hayom menyebut bahwa pasukan Israel (IDF) belum mengalahkan Hizbullah.
Pihaknya juga menekankan bahwa kini situasinya IDF masih jauh dari kata 'selesai'.
Ia mencatat sentimen tersebut tidak hanya dibicarakan oleh para pemukim Israel di utara dan tentara zionis yang bertempur di Lebanon selatan.
Namun juga oleh penduduk Tel Aviv, mengutip Channel 12.
"Tidak diragukan lagi bahwa pencapaian Israel semakin berkurang seiring berjalannya waktu, sementara pencapaian Hizbullah semakin meningkat," bunyi laporan di Channel 12.
Senada dengan itu, penasihat strategis Barak Sari mengatakan bahwa Hizbullah tengah bergerak menuju perang gesekan yang berkepanjangan.
"Israel kurang siap menghadapi konflik jenis ini, karena negara itu berupaya untuk kembali ke keadaan normal dan memulihkan ekonomi serta masyarakatnya."
Sementara itu Moshe Davidovich, kepala Forum Pemukiman Garis Depan Israel di wilayah utara Palestina yang diduduki, menggambarkan keadaan tenang yang aneh bercampur dengan kepanikan ekstrem.
Hal itu disebabkan oleh intensitas serangan roket dan pesawat tak berawak dari Lebanon selama tiga hari terakhir.
Davidovich mengatakan bahwa kepanikan dimulai dengan serangan pesawat tanpa awak, dan itu sekarang telah menjadi rutinitas.
"Seiring berjalannya waktu, tekanan Hizbullah terus meningkat," ujarnya, mengutip Al Mayadeen.
Baca juga: Surat Naim Qassem kepada Para Pejuang Hizbullah: Kalian Kebanggaan yang Mengguncang Fondasi Zionisme
"Kami ingin membawa para pemukim kembali ke utara , tetapi ketenangan harus dipulihkan terlebih dahulu. Situasinya masih sangat sensitif, dengan ketegangan yang meningkat sangat tinggi," lanjutnya.
Davidovich juga menyatakan bahwa wilayah utara telah berada dalam keadaan kekacauan besar dalam beberapa hari terakhir.
Davidovich menyatakan para pemukim (Israel) tidak merasa aman, dan mereka juga tidak yakin dapat kembali ke rumah mereka, karena mereka.
(oln/khbrn/*)