Selain studi agamanya, Qassem memperoleh gelar sarjana kimia dari Universitas Lebanon, yang menunjukkan komitmennya terhadap pertumbuhan intelektual dan beragam minat akademis.
Pemimpin baru Hizbullah ini berperan penting dalam pembentukan Serikat Mahasiswa Muslim Lebanon pada tahun 1970-an, dan menjadi salah satu anggota pendirinya.
Aktivisme politiknya dimulai dengan Gerakan Amal Syiah Lebanon.
Namun, Revolusi Islam 1979 di Iran memengaruhi dirinya dan aktivis muda Syiah Lebanon lainnya secara signifikan, yang membuatnya berpisah dengan Amal.
Qassem memainkan peran penting dalam pembentukan Hizbullah.
Ia berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan penting yang berujung pada pembentukan kelompok tersebut dan sejak saat itu tetap menjadi tokoh berpengaruh di dalamnya.
Pada tahun 1991, ia diangkat sebagai wakil kepala Hizbullah oleh Sekretaris Jenderal saat itu, Abbas al-Musawi.
Selama bertahun-tahun, Qassem menjabat sebagai koordinator umum untuk kampanye pemilihan parlemen Hizbullah, dimulai pada tahun 1992 ketika kelompok tersebut pertama kali mengikuti pemilihan umum.
Qassem menjadi pejabat tinggi Hizbullah pertama yang menyampaikan pidato di televisi setelah pembunuhan Nasrallah, yang menegaskan kembali tekad gerakan tersebut untuk melanjutkan jalannya.
Dalam pidatonya pada tanggal 30 September, Naim Qassem meyakinkan bahwa Hizbullah akan segera menunjuk pemimpin baru dan melanjutkan perlawanannya terhadap Israel sebagai bentuk solidaritas dengan Palestina.
Ia menekankan bahwa upaya Hizbullah hanya menandai awal dari perjuangan yang berpotensi panjang hingga pembebasan wilayah Palestina yang diduduki dan al-Quds.
Baca juga: Naim Qassem: Hizbullah Ogah Mohon ke Israel agar Setop Agresi, Tak Takut Lanjutkan Perang
Dalam pidatonya yang berdurasi 19 menit, Qassem menyatakan tekad dan komitmennya terhadap perjuangan tersebut.
Ia menegaskan bahwa pembunuhan Nasrallah tidak akan melemahkan tekad Hizbullah atau menggagalkan misinya.
“Apa yang kami lakukan hanyalah hal yang paling minimum. Kami tahu bahwa pertempuran ini mungkin akan berlangsung lama, tetapi kami akan menang seperti yang kami lakukan dalam pembebasan tahun 2006 dalam menghadapi musuh Israel,” ungkapnya.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)