"Penggunaan penargetan berbasis AI oleh militer Israel, dengan pengawasan manusia yang minimal dan penggunaan bom berat, memperlihatkan kurangnya perhatian Israel terhadap kewajibannya untuk membedakan antara warga sipil dan kombatan," kata komite PBB.
Penemuan fakta ini yang mendorong Human Rights Watch (HRW) untuk mengajukan tuntutan kepada Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional agar melakukan penyelidikan lebih lanjut kepada Israel.
Serta meminta pertanggungjawaban pemerintah Israel atas pengungsian dan krisis kemanusiaan tersebut.
AS Siap Bela Israel
Meski banyak negara mengecam tindakan genosida yang dilakukan Israel, namun pemerintah AS dengan tegas siap untuk membela Tel Aviv dari ancaman musuh.
Hal itu diungkap Menteri Pertahanan Amerika Serikat Lloyd Austin saat menggelar pembicaraan dengan mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant.
Dalam kesempatan itu AS menegaskan bahwa negaranya siap membela personel Israel, dan mitra di seluruh kawasan dari ancaman Iran dan kelompok proksi yang didukung Iran.
Dukungan seperti ini bukan kali pertama yang dilakukan AS. Selama puluhan tahun Amerika Serikat (AS) diketahui menjadi penyokong utama pendanaan militer Israel dalam setiap perang melawan musuh-musuhnya.
Untuk membantu pertahanan Israel, setiap tahunnya negeri Paman Sam ini menyumbangkan bantuan militer senilai 3,8 miliar dolar AS atau setara Rp 60,27 triliun.
Bahkan ketika ketegangan antara Hamas dan Israel berlangsung, AS terus memasok Tel Aviv dengan 21.000 amunisi peluru artileri berukuran 155 mm.
Serta ribuan amunisi penghancur bunker dan 200 drone kamikaze serta bom presisi Spice Family Gliding Bomb Assemblies dengan nilai 320 juta dolar atau setara Rp5 triliun.
Hubungan mesra yang terjalin antara Amerika Serikat dengan Israel membuat Washington rela mengirimkan bom presisi Spice Family Gliding Bomb Assemblies dengan nilai 320 juta dolar atau setara Rp5 triliun untuk Israel.
Kedekatan ini yang membuat Amerika kini menjadi harapan bagi Israel di tengah maraknya embargo senjata yang dilakukan sejumlah negara sekutu.
(Tribunnews.com/ Namira Yunia)