Keamanan Israel Makin Rawan, IDF Diseruduk Mobil, Lapid: Ben-Gvir Badut TikTok yang Gagal
TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid, mengkritik tajam Itamar Ben-Gvir, anggota kelompok ekstremis sayap kanan ultranasionalis yang kini menjadi Menteri Keamanan Nasional dalam pemerintahan Israel.
Kritik tajam Lapid ke Ben-Gvir ini merujuk pada sejumlah insiden keamanan di Israel yang justru meningkat saat dia mulai menjabat.
Dalam sebuah unggahan di X, Lapid menggambarkan Ben-Gvir sebagai "badut TikTok yang gagal".
Baca juga: Ribuan Tentara Cadangan Israel Menolak Bertugas, Al Qassam Sikat Puluhan IDF dari Jarak Dekat
Lapid menyebut kalau Ben-Gvir justru telah "menghancurkan institusi kepolisian" dan menambahkan bahwa di bawah kepemimpinannya, telah terjadi sejumlah serangan dan bencana yang mencapai rekor di teritorial Israel.
"Badut Tiktok yang gagal Ben Gabir menghancurkan polisi, selama masa jabatannya rekor serangan dan bencana terpecahkan, tidak ada warga negara di Israel yang merasa aman," tulis Lapid.
"Jalan-jalan terbakar, warga sipil dibunuh, terorisme merajalela dan dia mengambil gambar dan mencuit seperti model Instagram. Netanyahu tahu bahwa sudah menjadi tugasnya untuk memecatnya."
Sementara itu, penasihat hukum pemerintah Israel, Gali Baharav-Miara telah mendesak Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk mempertimbangkan kembali posisi Ben-Gvir dalam pemerintahan.
Desakan itu dilontarkan dengan mengutip apa yang disebutnya kegagalan administratif dan campur tangannya dalam masalah di luar kewenangannya dalam kepolisian.
Operasi Penabrakan di Ramallah
Belakangan, wilayah utama pendudukan Israel memang berhias serangan-serangan yang menyasar pemukim dan militer Israel.
Dalam sebuah insiden terbaru pada Rabu (13/11/2024), dua tentara Israel dilaporkan terluka setelah menjadi target dalam operasi penabrakan di Ramallah, di Tepi Barat yang diduduki, media Israel melaporkan.
Media menyebutkan bahwa seorang pria Palestina telah menabrak dua tentara dengan mobilnya di sebuah pos pemeriksaan di pintu masuk kota Deir Qaddis, sebelah barat Ramallah, sebelum melarikan diri dari tempat kejadian.
Militer pendudukan Israel kemudian mengumumkan penahanan warga Palestina yang melakukan operasi tersebut setelah mengepung kota tersebut.
Sebagai tanggapan, gerakan Hamas menegaskan kalau operasi penabrakan terbaru ini mengirimkan pesan yang kuat bahwa serangan perlawanan sedang berlangsung dan semakin intensif sebagai respons terhadap agresi dan pembantaian pendudukan Israel di Tepi Barat dan Gaza yang diduduki.
Dalam sebuah pernyataan, gerakan itu mengatakan operasi itu, bersama dengan operasi-operasi sebelumnya, merupakan respons alami terhadap kejahatan pendudukan Israel dan rencananya untuk melakukan aneksasi, perluasan permukiman, dan pengusiran paksa penduduk Palestina.
Serangan-serangan ini akan meningkat di Tepi Barat, kata Hamas memperingatkan.
Hamas menggarisbawahi bahwa arogansi dan penindasan pendudukan Israel hanya akan dihadapi dengan "lebih banyak ketahanan dan perlawanan."
Hamas juga menyerukan kepada rakyat Palestina di Tepi Barat untuk melanjutkan segala bentuk perlawanan, menargetkan pendudukan, dan mengintensifkan konfrontasi dengan pemukim Israel.
Sementara itu, Gerakan Al-Mujahidin Palestina menegaskan bahwa operasi penabrakan tersebut merefleksikan meningkatnya kemarahan dan Intifada (pemberontakan) di kalangan rakyat Palestina sebagai respon terhadap agresi pendudukan Israel yang terus berlanjut, dan menegaskan bahwa tidak ada rasa aman bagi penduduk Zionis mana pun di tanah Palestina.
(oln/rntv/almaydn/*)