Unilever sendiri telah mengakuisisi Ben & Jerry’s, yang dikenal lama mendukung gerakan sosial progresif, pada tahun 2000.
Namun, perusahaan itu menjaga jarak dari keputusan Ben & Jerry’s pada tahun 2021 untuk menghentikan penjualan produknya di permukiman Israel di Tepi Barat yang diduduki dan Yerusalem Timur yang diperebutkan.
Dasar gugatan Ben & Jerry’s terjadi lantaran kedua perusahaan sepakat bahwa dewan independen pembuat es krim itu akan bebas menjalankan misinya yang bersifat sosial, termasuk mendukung berbagai isu liberal seperti keadilan rasial, aksi iklim, hak LGBTQ, reformasi pendanaan kampanye, hingga isu perang seperti yang terjadi di Palestina.
Namun, Unilever tetap memiliki keputusan akhir atas masalah keuangan dan operasional.
Konflik antara kedua perusahaan tersebut bukan kali pertama terjadi.
Hubungan Ben & Jerry's dan Unilever juga sempat memanas pada Juli 2022.
Hal ini terjadi setelah Unilever mengumumkan bahwa pihaknya menjual waralaba es krim tersebut kepada pemegang lisensi lokal khusus untuk penjualan di Israel.
Dengan demikian, produk Ben & Jerry’s yang dijual di Israel bakal diberi label berbahasa Ibrani dan Arab serta dijual di Yerusalem Timur dan Tepi Barat Gaza yang diduduki oleh rezim zionis.
Ben & Jerry’s mencoba menggagalkan rencana tersebut di pengadilan tetapi gagal.
Setelah beberapa bulan negosiasi, Ben & Jerry’s dan Unilever mencapai kesepakatan penyelesaian.
Dalam kesepakatan itu, Unilever diwajibkan menghormati tanggung jawab dewan atas misi sosial pembuat es krim tersebut serta integritas mereknya.
“Ben & Jerry's diwajibkan untuk bekerja dengan itikad baik bersama Dewan Independen untuk memastikan bahwa kedua hal tersebut dilindungi dan dikembangkan,” demikian isi penyelesaian konflik antara kedua perusahaan kala itu.
(Tribunnews.com/Bobby)