IDCA adalah salah satu dari sejumlah kelompok informal yang muncul untuk mewakili kepentingan 1,8 juta warga Gaza yang mengungsi.
IDCA mengatakan, otoritas Israel telah berulang kali diperingatkan bahwa geng-geng bersenjata beroperasi di sepanjang jalan menuju Gaza dari titik-titik masuk tertentu.
“Rute bantuan yang lebih baik telah diusulkan berulang kali, tetapi Israel menolak semua permintaan ini,” kata juru bicara tersebut.
Perang di Gaza telah memunculkan aksi anarki yang dilakukan oleh geng-geng bersenjata, klan, keluarga-keluarga yang berkuasa, serta para penjahat.
Pada bulan April, pejabat bantuan mengatakan mereka khawatir Gaza akan menjadi “Mogadishu di Mediterania”.
Serangan militer Israel selama 13 bulan telah menyingkirkan Hamas dari sebagian besar wilayah Gaza.
Namun, Hamas belum digantikan oleh bentuk pemerintahan lain.
Penargetan sistematis terhadap pasukan polisi Gaza, yang dianggap Israel sebagai bagian dari Hamas, serta pembebasan ratusan tahanan dari penjara oleh kelompok tersebut di awal konflik telah memperburuk kekacauan.
Pejabat bantuan di Gaza menggambarkan situasi di sebagian besar wilayah Gaza sudah hancur atau rusak akibat 13 bulan perang.
Seorang pejabat Israel mengatakan, Israel telah berupaya mengatasi situasi kemanusiaan sejak dimulainya perang.
Namun, otoritas Israel justru menyalahkan organisasi bantuan dan PBB karena gagal mendistribusikan bantuan yang diizinkan masuk ke Gaza.
Baca juga: Donald Trump akan Usir Imigran Gelap dengan Bantuan Militer AS, Sebut Keadaan Darurat
Seorang juru bicara WFP mengonfirmasi, penjarahan tersebut dan mengatakan bahwa banyak rute di Gaza saat ini tidak dapat dilalui karena masalah keamanan.
Seorang pejabat bantuan PBB mengatakan pada hari Jumat (15/11/2024) bahwa pengiriman bantuan ke seluruh Gaza sekarang lebih sulit daripada sebelumnya.
Bagian-bagian wilayah utara yang terkepung hampir mustahil dijangkau.
(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)