Namun, mantan kepala staf dan anggota Kabinet Perang, Gadi Eisenkot MK, menggambarkan rencana perang Israel sebagai hal yang tidak jelas.
"Sangat membingungkan," kata Eisenkot dalam konferensi yang diadakan Yedioth Ahronoth yang menduga kalau rencana Israel itu bersifat hanya untuk kepentingan Netanyahu.
"Ada orang-orang yang duduk di ruangan ini [para menteri] yang tidak ingin melihat perang berakhir. Apakah mereka ingin mengembalikan tentara yang diculik berdasarkan konsep Netanyahu saat ini, atau rencana Netanyahu?" tanyanya.
“Tujuan perang terkait pemulangan tentara yang diculik adalah kegagalan yang sangat fatal yang harus dipikul oleh siapa pun yang duduk di kabinet, dan saya memikul tanggung jawab saat saya berada di kabinet, dan Netanyahu, yang tidak melakukan apa pun, harus memulangkan mereka.”
Eisenkot menjelaskan kalau perjanjian pemerintah koalisi dan pembubaran Administrasi Sipil — sebuah unit militer yang bertanggung jawab untuk melaksanakan kebijakan sipil Israel di Tepi Barat yang diduduki — telah disertai dengan keinginan untuk membangun permukiman di Jalur Gaza.
Baca juga: Dunia Arab Mencak-mencak, Kecam Seruan Menteri Israel yang Mau Mencaplok Sepenuhnya Tepi Barat
Hal ini, kata dia, mengindikasikan adanya tujuan terselubung yang dinyatakan dan disembunyikan, oleh Smotrich, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, dan sebagian dari Partai Likud milik Netanyahu.
“Ini menjelaskan banyak keputusan terkait the day after war dan nasib tentara yang diculik. Dualitas ini ada pada Netanyahu, karena dia mengatakan bahwa tidak akan ada penyelesaian dan tidak ada aturan militer, dan pada kenyataannya keduanya sedang terjadi,” kata anggota parlemen tersebut.
“Dalam praktiknya, mereka ingin agar tentara Israel bertanggung jawab dalam mendistribusikan bantuan, dan menegakkan aturan militer [di Gaza], sehingga tanggung jawab penuh berada di tangan Negara Israel menurut hukum internasional, dan ini adalah langkah lain yang diambil oleh kelompok yang tidak tahu bagaimana cara memikul tanggung jawab,” katanya.
Baca juga: Israel Izinkan Geng Bersenjata Jarah Truk Bantuan di Gaza, Otoritas Palestina: IDF Malah Kutip Jatah
Penjarahan Bantuan Dapat Restu Tentara Israel
Dalam konteks menghalangi masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, Israel disebutkan juga mengizinkan adanya penjarahan.
Gerakan Hamas soal penjarahan konvoi bantuan di Gaza, menyatakan kalau para penjarah mendapat restu penuh dari Israel.
Dalam wawancara untuk Al-Aqsa TV, pejabat senior Hamas, Khalil al-Hayya mengatakan:
"Tindakan tersebut dilakukan dengan sepengetahuan dan restu penuh dari Israel," kata al-Hayya, dikutip dari Al Mayadeen.
Pada kesempatan itu pula, al-Hayya menguraikan tanggapan Hamas terhadap usulan Mesir untuk membentuk komite administratif bagi Gaza.