TRIBUNNEWS.COM, MANILA - Situasi politik di Filipina benar-benar memanas.
Wakil Presiden Filipina Sara Duterte-Carpio secara terbuka mengeluarkan ancaman akan membunuh Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr.
Bahkan, Sara Duterte klaim telah menyewa seorang pembunuh untuk menghabisi Presiden Filipina.
Ibu Negara Liza Aranetaa dan Ketua DPR Filipina juga tak luput dari ancaman.
Ancaman itu mencuat karena konflik antara kedua keluarga politik itu yang kian melebar.
Sara Duterte menuduh Presiden Marcos Jr sebagai pencandu narkoba dan Ibu Negara melakukan korupsi.
Sementara Ketua DPR Romualdez yang tidak lain adalah sepupu Marcos dituduh mengambil dana dari kantor wakil presiden dan Kementerian Pendidikan untuk persiapan kampanye 2028.
“Setiap ancaman terhadap nyawa Presiden harus selalu ditanggapi dengan serius, terlebih lagi ancaman tersebut telah diungkapkan ke publik dengan jelas dan pasti,” demikian Kantor Komunikasi Kepresidenan Filipina menanggapi ancaman itu sebagaimana dikutip dari CNN, Minggu (24/11/2024).
Diduga Terkait Korupsi Wapres
Pemimpin Mayoritas DPR Filipina, Manuel Jose “Mannix” Dalipe menduga bahwa ini hanyalah Sara Duterte untuk mengalihkan masalah dari dugaan penyalahgunaan dana alias korupsi di kantor Wapres serta dugaan penyelewengan dana rahasia Departemen Pendidikan sebesar 625 juta peso (sekitar Rp 168 miliar).
"Klaim Wakil Presiden sama sekali tidak berdasar. Itu hanya hasil imajinasinya yang subur," kata Dalipe.
“'Yung drama-drama nya, budol-budol lang yan. Pengalih perhatian,” katanya dikutip dari Inquirer.
"Dia mengalihkan masalah dari penyalahgunaan dana 612,5 juta yang berasal dari dana rahasia dan intelijen yang diterima oleh Kantor Wakil Presiden [500 juta] dan Departemen Pendidikan [112,5 juta] pada tahun 2022 dan 2023, saat dia masih menjabat sebagai menteri pendidikan," katanya.
Dalipe mencatat kegagalan Duterte dan pejabatnya untuk menjelaskan kemana dana itu.
“Kami mengimbau kepada masyarakat agar tidak termakan oleh luapan emosi yang tidak beralasan yang bertujuan mengalihkan perhatian dari masalah sebenarnya,” imbuh anggota DPR tersebut.
Jumat dan Sabtu lalu, Duterte pergi ke tahanan DPR untuk mengunjungi kepala stafnya, Wakil Menteri Zuleika Lopez.
Lopez didakwa atas penghinaan oleh komite DPR mengenai pemerintahan yang baik dan akuntabilitas publik setelah komite tersebut mendapati dirinya dilaporkan melakukan campur tangan yang tidak semestinya dalam sidang panel.
Wakil presiden tersebut bermalam di kompleks Batasang Pambansa untuk melindungi stafnya dan akhirnya tinggal di kantor DPR milik saudaranya – Anggota DPR Kota Davao Paolo Duterte.
Dalam konferensi pers daring Sabtu pagi, Duterte menyesalkan perintah untuk memindahkan Lopez ke Lembaga Pemasyarakatan untuk wanita.
Wakil presiden juga mengungkapkan bahwa Romualdez ingin membunuhnya.
Departemen Kehakiman Selidiki Ancaman Wapres
Departemen Kehakiman (DOJ) k menyelidiki pernyataan Wakil Presiden Sara Duterte bahwa ia telah menyewa seseorang untuk membunuh Presiden Ferdinand “Bongbong” Marcos Jr., Ibu Negara Liza Araneta-Marcos, dan Ketua DPR Martin Romualdez.
"Masalah ini sekarang menjadi subjek penyelidikan yang sedang berlangsung. Jika bukti-bukti mendukung, ini dapat mengarah pada penuntutan," kata DOJ, sebagaimana disampaikan oleh Kantor Komunikasi Kepresidenan (PCO) kepada awak media pada Minggu.
Duterte melontarkan pernyataan mematikan itu Sabtu pagi dalam sebuah konferensi media di DPR di mana kepala staf dan wakil sekretaris Kantor Wakil Presiden (OVP) Zuleika Lopez ditahan setelah didakwa melakukan penghinaan terhadap pengadilan.
"Saya sudah bicara dengan seseorang, jadi jangan khawatir tentang keselamatan saya. Saya sudah katakan kepada orang itu untuk membunuh BBM [inisial Marcos], Liza Araneta, dan Martin Romualdez jika saya dibunuh."
"Nyonya, saya sudah meninggalkan perintah. Setelah saya mati, jangan berhenti sebelum Anda membunuh mereka semua. Dan kemudian dia berkata, "Ya."
Duterte kemudian mengklarifikasi bahwa pernyataannya tentang “ pembunuhan” bukanlah sebuah ancaman, dan mengklaim bahwa dia hanya menyoroti dugaan ancaman terhadap keamanannya.
Baik Komando Keamanan Presiden (KSP) maupun Dewan Keamanan Nasional (DNS) menganggap pernyataan Wapres tersebut sebagai masalah keamanan nasional .
Duduk Perkara Kasus
Awalnya warganet di media sosial Filipina tidak terlalu ambil pusing dengan drama perpolitikan antara keluarga Marcos Jr dan Sara Duterte itu.
Apalagi selama ini Sara Duterte sekeluarga cenderung bicara meledak-ledak dan terbawa emosi saat menyampaikan ancaman tersebut.
Konflik Marcos Jr dan Sara Duterte mulai memanas pada Juni 2022.
Saat itu Sara mundur dari kabinet sebagai menteri pendidikan saat masih menjabat sebagai wakil presiden.
Kemudian, Ketua DPR Romualdez mengurangi anggaran kantor wakil presiden sampai dua pertiganya.
Hal tersebut membuat Sara semakin murka.
Sara Duterte merupakan putri dari presiden Filipina periode 2016-2022, Rodrigo Duterte.
Sementara Marcos Jr adalah putra dari dari Ferdinand Marcos Sr dan Imelda Romualdez-Marcos, diktator Filipina di 1970-an.
Keluarga Duterte sebenarnya adalah musuh politik Marcos. Namun, pada Pemilihan Umum 2022 kedua wangsa politik ini memutuskan untuk bergabung.
Rodrigo Duterte memasangkan putrinya, Sara Duterte untuk mendampingi Bongbong Marcos Jr sebagai calon presiden selanjutnya.
Perjodohan politik itu dimaksudkan agar keluarga Duterte tetap aman dan berada di pusaran kekuasaan Filipina.