Kesepakatan tahun 2015 berisi mekanisme "snapback" yang dalam kasus "pelanggaran signifikan," oleh Iran, akan mengundang pemberlakuan ragam sanksi.
Ali Vaez, seorang pakar Iran di lembaga pemikir International Crisis Group, mengatakan kepada AFP bahwa pertemuan hari Jumat itu seharusnya terjadi lebih awal, tetapi "rencana tersebut digagalkan akibat ketegangan Iran-Israel" atas perang Gaza.
Meskipun para pihak akan bertemu "tanpa mengetahui apa yang ingin dilakukan pemerintahan Trump yang akan datang", Vaez mengatakan bahwa "setelah siklus saling eskalasi yang merugikan, kini kedua belah pihak kembali menyadari bahwa keterlibatan mungkin merupakan pilihan yang paling murah."
Sejak tahun 2021, Teheran telah mengurangi kerja samanya dengan IAEA dengan menonaktifkan perangkat pengawasan yang memantau program nuklir dan melarang inspektur PBB.
Pada saat yang sama, negara itu telah meningkatkan persediaan uranium yang diperkaya dan tingkat pengayaannya hingga 60 persen.
Tingkat itu, menurut IAEA, mendekati ambang batas 90 persen lebih yang diperlukan untuk hulu ledak nuklir, dan jauh lebih tinggi dari batas 3,67 persen yang disetujui pada tahun 2015.
rzn/yf (afp,ap)