TRIBUNNEWS.COM, FILIPINA - Konstalasi politik di Filipina, negara tetangga Indonesia, itu kini benar-benar panas.
Penyebabnya Wakil Presiden (Wapres) Filipina Sara Duterte secara terbuka mengumumkan ingin membunuh Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr.
Bahkan Sara Duterte klaim telah menyewa pembunuh untuk menghabisi nyawa sang presiden.
Ibu Negara Liza Aranetaa dan Ketua DPR Filipina juga tak luput dari ancaman.
Ancaman itu mencuat karena konflik antara kedua keluarga politik itu yang kian melebar.
Sara Duterte menuduh Presiden Marcos Jr sebagai pencandu narkoba dan Ibu Negara melakukan korupsi.
Sosok Sara Duterte
Sara Duterte dengan nama panjangnya Sara Zimmerman Duterte, yang populer dengan nama Inday Sara, adalah wakil presiden Filipina ke-15 dan termuda.
Lahir pada tanggal 31 Mei 1978 di Kota Davao, ia adalah putri dari mantan presiden Rodrigo Duterte.
Ia menikah dengan pengacara Manases Reyes Carpio dan dikaruniai tiga orang anak.
Baca juga: Usai Ancam Membunuh Presiden Filipina, Wapres Filipina Kini Sarankan Tes Narkoba
Sara Duterte menyelesaikan gelar di bidang terapi pernapasan di San Pedro College di Davao City sebelum ia mengambil jurusan hukum di San Beda College dan kemudian di San Sebastian College-Recoletos, keduanya di Manila.
Ia lulus ujian advokat pada tahun 2005, dan memulai karier politiknya tak lama setelah itu.
Pada tahun 2007, ia terpilih sebagai wakil wali kota Davao City, bekerja bersama ayahnya yang telah lama menjabat sebagai wali kota.
Pada tahun 2010, ia menggantikan ayahnya, yang telah mencapai batas masa jabatannya sebagai wali kota, dan bekerja hingga tahun 2013, ketika Duterte yang lebih tua diizinkan untuk mencalonkan diri sebagai wali kota lagi.
Masa jabatan pertamanya sebagai wali kota hebohkan publik saat dia meninju seorang polisi, yang sedang memberikan perintah pembongkaran terhadap para pemukim warga.
Perseteruan Menuju Pilpres 2028?
Setelah satu periode menjabat sebagai kepala eksekutif lokal, Sara Duterte fokus pada praktik swasta sebagai pengacara, dan kemudian menjabat sebagai wali kota lagi dari tahun 2016 hingga 2022, saat ayahnya menjabat sebagai presiden Filipina.
Prioritas kebijakan Sara Duterte meliputi perdamaian dan ketertiban serta penyediaan dukungan mata pencaharian bagi konstituennya.
Ia juga mendirikan saluran telepon khusus untuk laporan anonim tentang insiden pelecehan anak.
Dalam survei menjelang tahun pemilihan 2022, ia merupakan calon presiden potensial yang disukai oleh sebagian besar pemilih, sehingga mengecewakan ayahnya ketika ia memutuskan untuk mencalonkan diri sebagai wakil presiden, yakni sebagai calon wakil presiden dari mantan senator Ferdinand Marcos Jr.
Dengan mengusung platform “persatuan”, kedua kandidat ini berjanji untuk melanjutkan kebijakan yang digagas oleh pendahulu mereka, yang keduanya dianggap sebagai presiden otoriter.
Bersamaan dengan perannya sebagai wakil presiden, Sara Duterte juga menjabat sebagai sekretaris Departemen Pendidikan (DepEd), birokrasi terbesar dalam pemerintahan Filipina.
Di bawah pengawasannya, Agenda MATATAG diluncurkan.
Program tersebut bertujuan untuk merevisi kurikulum pendidikan dasar dengan mengurangi kepadatannya, menyediakan fasilitas dan layanan lebih cepat, memprioritaskan kesejahteraan siswa, dan memberikan dukungan yang lebih baik bagi guru, termasuk membebaskan mereka dari tugas-tugas non-mengajar.
Namun, ia dikritik karena menolak seruan kenaikan gaji guru sekolah negeri, memerintahkan pengupasan alat bantu pembelajaran visual di ruang kelas, dan mendapatkan ratusan juta peso dalam bentuk dana rahasia dan intelijen serta menghabiskannya hanya dalam 11 hari.
Ia mengundurkan diri dari DepEd dua tahun setelah pengangkatannya, serta dari jabatan Kabinet lainnya, wakil ketua Satuan Tugas Nasional untuk Mengakhiri Konflik Bersenjata Komunis Lokal. Ia tidak menyebutkan alasan pengunduran dirinya.
Sara Duterte secara konsisten mencatatkan peringkat kepercayaan dan persetujuan tertinggi di antara pejabat pemerintah nasional di Filipina.
Survei terkini juga menunjukkan dia sebagai kandidat kuat calon presiden pemilihan presiden Filipina tahun 2028 mendatang.
Seteru Dua Keluarga Dinasti Politik
Sara Duterte selama ini cenderung bicara meledak-ledak dan terbawa emosi saat menyampaikan ancaman tersebut.
Konflik Marcos Jr dan Sara Duterte mulai memanas pada Juni 2022.
Saat itu Sara mundur dari kabinet sebagai menteri pendidikan saat masih menjabat sebagai wakil presiden.
Kemudian, Ketua DPR Romualdez mengurangi anggaran kantor wakil presiden sampai dua pertiganya.
Hal tersebut membuat Sara semakin murka.
Sara Duterte merupakan putri dari presiden Filipina periode 2016-2022, Rodrigo Duterte.
Sementara Marcos Jr adalah putra dari dari Ferdinand Marcos Sr dan Imelda Romualdez-Marcos, diktator Filipina di 1970-an.
Keluarga Duterte sebenarnya adalah musuh politik Marcos. Namun, pada Pemilihan Umum 2022 kedua wangsa politik ini memutuskan untuk bergabung.
Rodrigo Duterte memasangkan putrinya, Sara Duterte untuk mendampingi Bongbong Marcos Jr sebagai calon presiden selanjutnya.
Perjodohan politik itu dimaksudkan agar keluarga Duterte tetap aman dan berada di pusaran kekuasaan Filipina.
Sumber: CNN/Rappler/GMA News