Dihantui Serangan Iran, Israel Percepat Pembangunan Pagar Perbatasan Yordania-Israel
TRIBUNNEWS.COM - Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengatakan pada Senin (25/11/2024) kalau pembangunan pagar perbatasan negara pendudukan itu dengan Yordania segera dimulai.
Kabar itu dilansir oleh Channel 7 Israel, dikutip RNTV, Selasa (26/11/2024).
Katz membuat pernyataan itu selama kunjungan ke markas komando pusat tentara Israel (IDF) di Yerusalem yang diduduki.
Baca juga: Dua Drone Berbelok dan Meledak di Yordania, Tentara Arab Keluarkan Pernyataan Penting
Dorongan untuk pagar perbatasan baru mendapatkan momentum menyusul insiden baru-baru ini di mana tiga warga Israel tewas di Jembatan Allenby yang menyeberang oleh sopir truk Yordania Maher Al-Jazi, yang kemudian ditembak mati oleh pasukan Israel.
Mengutip kekhawatiran atas dugaan ancaman keamanan, termasuk infiltrasi, penyelundupan senjata, dan serangan, Menteri Energi Israel, Eli Cohen menyerukan konstruksi yang dipercepat.
“Ini bukan pilihan, itu adalah suatu keharusan,” kata Cohen, merujuk pada tembok penghalang yang ada di perbatasan Israel dengan Mesir sebagai model untuk proyek yang diusulkan.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menggemakan sentimen serupa pada awal September, berjanji untuk memperkuat perbatasan timur Israel.
Tak lama setelah itu, laporan muncul dari pekerjaan awal di parit di sepanjang perbatasan Yordania, menandakan langkah pertama menuju benteng perbatasan yang ditingkatkan.
Dihantui Serangan Iran
Katz menegaskan kembali urgensi proyek, menekankan perannya dalam memperkuat pertahanan perbatasan "Israel" secara keseluruhan.
Dia mengaitkan inisiatif itu dengan masalah keamanan yang lebih luas, terutama apa yang dia gambarkan sebagai upaya yang didukung Iran untuk menciptakan “front timur” melawan “Israel.”
“Kami melihat upaya Iran yang tanpa henti dan dilembagakan untuk membangun front timur melawan Negara Israel,” kata Katz.
“Kita tidak bisa kalah dalam kampanye ini melawan pembentukan front timur, dan kita harus melakukan perawatan akar di beberapa tempat untuk mencegah Yudea dan Samaria dan kamp-kamp pengungsi dari menyalin Gaza.”
Perbatasan antara Yordania dan Israel membentang 335 km, terdiri dari 97 km berbatasan dengan Tepi Barat yang diduduki dan sisanya 238 km berbatasan langsung dengan Israel.
Kedua negara mempertahankan tiga penyeberangan perbatasan: Jembatan Raja Hussein / Allenby, Terminal Wadi Araba/Yitzhak Rabin, dan Penyeberangan Sungai Sheikh Hussein/Jordan.
Penyeberangan ini, biasanya operasional, telah menghadapi penutupan sesekali karena masalah keamanan.
Yordania Tolak Divisi Baru IDF
Sebelum wacana pagar ini, Tentara pendudukan Israel (IDF) Rabu (31/10/2024) lalu mengumumkan, pembentukan divisi militer baru IDF di perbatasan dengan Yordania.
Dalam pernyataannya, IDF menyatakan pembentukan divisi militer baru ini telah disetujui Menteri Pertahanan di pemerintahan Israel, Yoav Galant, dan Kepala Staf IDF, Mayor Jenderal Herzi Halevi.
Divisi baru IDF ini nantinya akan beroperasi di perbatasan Yordania.
Baca juga: Dua Drone Berbelok dan Meledak di Yordania, Tentara Arab Keluarkan Pernyataan Penting
IDF menyatakan, pembentukan divisi militer baru tersebut dilakukan untuk melindungi perbatasan timur Israel, merujuk pada hasil asessment situasi keamanan.
"Divisi tersebut akan berafiliasi dengan Komando Pusat," kata pernyataan IDF.
IDF menambahkan, misi divisi tersebut adalah memperkuat pertahanan di kawasan perbatasan, Route 90 dan permukiman, serta menghadapi insiden teror dan penyelundupan senjata.
Rawan Penyusupan Milisi Perlawanan
Israel berdalih, penyerangan terhadap tentara dan warga pemukim mereka belakangan sering terjadi di perbatasan Yordania.
Dalam insiden terbaru, dua tentara Israel terluka dalam operasi penembakan di selatan Laut Mati pada Jumat (18/10/2024) silam.
"Dinas keamanan Israel mencurigai sejumlah milisi perlawanan mencoba memasuki pemukiman Navot Hakar di selatan Laut Mati, pada Jumat pagi, dan menembaki tentara dari tentara pendudukan Israel," kata Channel 14 Israel saat itu.
Tiga pria bersenjata dilaporkan menyusup dari perbatasan Yordania dan melepaskan tembakan.
Dua di antaranya ditembak mati oleh tentara Israel di perbatasan dan orang ketiga mundur.
"Kami mendeteksi sejumlah pria bersenjata yang melintasi perbatasan Yordania ke wilayah selatan Laut Mati, dan kami sedang menyisir wilayah tersebut," lapor surat kabar itu, mengutip pernyataan tentara Israel.
Surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth, mengindikasikan kecurigaan akan kehadiran lebih banyak militan yang menyusup dari Yordania ke wilayah selatan Laut Mati.
Peningkatan upaya penyusupan ini seiring berlarutnya agresi militer di Jalur Gaza yang memicu kian tingginya solidaritas perlawanan di kawasan, khusunya dari kelompok yang dikenal sebagai Poros Perlawanan.
Di Yordania sendiri, penduduk keturunan Palestina merupakan kelompok warga dengan jumlah yang besar.
Data Human Rights Watch menyebut, lebih dari separuh dari 6,3 juta penduduk Yordania berasal dari Palestina, yakni dari wilayah di sebelah barat Sungai Yordan, termasuk Tepi Barat, Israel saat ini, dan Gaza.
"Kecuali orang-orang dari Gaza, sebagian besar orang-orang asal Palestina tersebut memiliki kewarganegaraan Yordania," kata situs HRW, dikutip Kamis (31/10/2024).
Ancaman Perang Baru di Front Timur
Dalih Israel membentuk divisi militer baru di perbatasan juga menjadi kekhawatiran tersendiri, khususnya bagi Yordania.
Mantan Presiden Serikat Buruh Kontraktor Israel, Roni Mizrachi, diketahui mengeluarkan ancaman terselubung kepada Yordania, yang mengisyaratkan negara itu bisa diserang oleh Israel setelah Gaza dan Lebanon.
Dilansir QN mengutip sebuah wawancara di saluran TV Israel, Mizrahi, pengusaha terkemuka dan sekutu dekat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu itu, mengatakan, "Apa yang kita lihat di Lebanon hari ini akan terjadi di Yordania selanjutnya."
Mizrahi mengklaim bahwa tujuan Israel bukanlah untuk menyakiti warga sipil tetapi untuk menargetkan infrastruktur perlawanan yang menjadi ancaman negara pendudukan tersebut.
Baca juga: Yordania Ogah Mengekspor Tomat ke Israel Saat Pertanian Negara Zionis Hancur Gegara Hizbullah
Dia menekankan bahwa Israel memiliki kemampuan untuk melakukannya.
Seiring meningkatnya ketegangan, hubungan Israel dengan Yordania menjadi semakin tegang, khususnya terkait kontrol perbatasan.
Penyeberangan Al-Karama, rute perdagangan utama antara Yordania dan Tepi Barat, tetap ditutup, menyebabkan gangguan signifikan pada perdagangan.
Namun, dua penyeberangan lainnya—Sheikh Hussein dan Wadi Araba, yang menghubungkan negara pendudukan dengan Yordania—masih beroperasi, memungkinkan arus barang dan orang antara Yordania dan Israel.
Serikat Transportasi Nasional Palestina melaporkan bahwa sekitar 300 truk yang sebelumnya mengangkut barang dari penyeberangan Al-Karama ke Tepi Barat telah menghentikan operasinya karena penutupan tersebut.
Pemeriksaan ketat Israel terhadap truk-truk Yordania, termasuk pemeriksaan manual dengan peralatan canggih dan anjing polisi, telah memperlambat pergerakan barang.
Begitu sampai di sisi Israel di penyeberangan Al-Karama, kargo dipindahkan ke truk-truk Palestina, yang menjalani pemeriksaan serupa sebelum memasuki wilayah Palestina.
Menanggapi perkembangan ini, Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi membahas perjanjian damai Israel dengan Yordania dalam sebuah konferensi pers setelah pertemuan Komite Menteri Arab Islam di Amman.
Safadi menepis anggapan untuk membatalkan perjanjian damai tersebut, dengan menyatakan bahwa hal itu tetap menjadi kepentingan terbaik Yordania dan Palestina.
Baca juga: Benarkah Yordania Lindungi Israel? Dilema Kerajaan Hashemite, Nikmati Bantuan AS, Target Empuk Iran
Front Pertempur Baru Disebut Sudah Muncul di Perbatasan Israel-Yordania
Israel dilaporkan mulai mengkhawatirkan situasi di area dekat perbatasan Israel-Yordania.
Bahkan, militer Israel akhirnya mewujudkan pembentukan divisi baru untuk melindungi area perbatasan di timur.
Pertimbangan itu muncul setelah salah satu tentara Israel tewas ditembak di dekat pemukiman Mehola di Lembah Yordan yang berada di sepanjang Tepi Barat.
IRNA melaporkan Brigade Al-Qassam Hamas sudah mengklaim berada di balik penembakan itu.
Menurut Al-Qassam, para pejuangnya yang berada di Tepi Barat telah menembak tentara itu dalam jarak dekat dan bisa dengan aman kembali ke markas.
Disebutkan bahwa penembakan itu adalah operasi balasan atas serangan Israel di Sekolah Al Tabin di Kota Gaza pada hari Sabtu pekan lalu. Serangan itu menewaskan lebih dari 100 warga Palestina.
Kantor berita Shehab menyebut serangan itu dilakukan pada hari Minggu siang. Targetnya ialah sebuah mobil di dekat pemukiman Mehola.
Al-Qassam menegaskan para pejuangnya di Tepi Barat akan terus mengejar musuh di mana pun hingga mereka bisa mengusir musuh dari tanah Palestina.
Serangan di Lembah Yordan itu memunculkan kekhawatiran bagi aparat keamanan Israel karena ancaman itu tidak datang dari luar.
Ancaman itu muncul di Tepi Barat karena front baru sudah terbentuk untuk melawan rezim Israel.
Situasi di Tepi Barat hingga saat ini tetap tegang sejak perang di Jalur Gaza meletus pada bulan Oktober 2023.
Baca juga: Israel Mau Bentuk Divisi Baru Tentara di Perbatasan Yordania, IDF Dilarang Bepergian ke Dua Negara
Israel hampir tiap hari menyerbu Tepi Barat untuk menindak tegas para pemuda Palestina yang gusar karena Israel menyerang Gaza.
Iran dituding berupaya buka front baru di Lembah Yordan
The Jewish Press, media Yahudi yang berbasis di Amerika Serikat (AS), mengklaim Iran berusaha membuka front baru di perbatasan Israel-Yordania.
Pada hari Senin pekan ini Menteri Luar Negeri Israel, Israel Katz berujar kini muncul situasi berbahaya.
Situasi itu dipicu oleh Iran yang berupaya membuka front baru di perbatasan timur Israel.
Katz menuding Pasukan Garda Revolusioner Islam Iran (IRGC) bekerja sama dengan agen Hamas di Lebanon untuk menyelundupkan senjata dan dana ke Yordan.
Kata dia, senjata kemudian diselundupkan dari Yordania ke seberang perbatasan.
Katz mengklaim Poros Perlawanan Iran kini menguasai kamp pengungsian di Yudea dan Samaria melalui proksi-proksinya.
“Pembangunan tembok pembatas di sepanjang perbatasan dengan Yordani harus dipercepat untuk mencegah penyelundupan senjata dari Yordania ke Israel, yang mengancam rezim Yordania maupun Israel,” ujar Katz.
Sementara itu, Memri mengabarkan bahwa pada minggu lalu Yordania dan Iran saling mengirimkan pesan resmi.
Perdana Menteri Yordania Ayman Al-Safadi berkunjung ke Teheran tanggal 4 Agustus dan bertemu dengan Pj. Menteri Luar Negeri Iran Ali Bagheri Kani.
Baca juga: Raja Abdullah ke Delegasi AS: Yordania Tak Akan Jadi Medan Perang Israel Vs Iran-Poros Perlawanan
Safadi menyebut Raja Yordania Abdullah telah meminta dia untuk menerima undangan kunjungan ke Teheran.
Undangan itu untuk mengakhiri “ketidaksepakatan” di antara kedua negara itu “dengan cara yang akan melayani kepentingan mereka” berdasarkan sikap saling hormat dan tidak campur tangan atas urusan masing-masing.
Media pemerintah Yordania melaporkan Safadi sudah berkata kepada Iran bahwa Yordania akan menangkis senjata apa pun yang melewati langitnya.
Saat Iran melancarkan serangan udara ke Israel pada bulan April, Yordania menangkis pesawat nirawak Iran.
Adapun ketika diwawancarai Al Arabiya tanggal 10 Agustus lalu, Safadi menyebut Yordania tak akan menjadi “arena untuk Iran dan Israel”.
(oln/qdsnws/*)