TRIBUNNEWS.COM - Pemberontak Suriah berhasil menyerbu dan merebut istana Presiden Suriah Bashar Al-Assad di kota Aleppo pada Minggu (1/12/2024).
Rekaman video yang diunggah di media soaial menunjukkan orang-orang bersenjata berkeliaran di lorong-lorong istana.
Mereka terlihat berkeliaran di ruang makan yang gelap dan menaiki tangga marmer untuk mencapai lantai atas istana.
Istana itu tampak kosong sebelum video itu direkam.
Meskipun pemerintah Suriah mendapatkan kembali kendali penuh atas kota Aleppo pada tahun 2016 dan menguasai kota itu hingga minggu ini, Presiden Bashar Al-Assad menggunakan banyak tempat tinggal.
Pada saat video itu direkam, ia sedang bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi di Damaskus sekitar 350 km ke selatan, seperti diberitakan Russia Today.
Pemberontak Suriah Serang Kota Aleppo
Kelompok pemberontak Hayat Tahrir-al-Sham (HTS atau dulu Front Al-Nusra) dan milisi sekutunya menyerang kota Aleppo yang dikuasai pemerintah di Suriah utara pada hari Rabu (27/11/2024).
Mereka memasuki Aleppo pada Jumat (29/11/2024) saat militer Suriah bergegas untuk berkumpul kembali dan melancarkan serangan balasan.
Komando Umum Suriah mengakui pada Sabtu (30/11/2024), tentara telah kehilangan puluhan anggotanya.
Meski mengalami kerugian, militer Suriah mengklaim para pejuang HTS telah gagal untuk menetapkan posisi tetap di tengah serangan udara gencar oleh pesawat tempur Suriah dan Rusia, seperti diberitakan Elaph News.
Baca juga: Putin Pecat Komandan Pasukan Rusia di Suriah gara-gara Gagal Redam Pemberontak di Aleppo
Perang Saudara di Suriah
Perang saudara di Suriah dimulai pada tahun 2011 ketika rakyat Suriah berdemonstrasi menuntut diakhirinya kekuasaan keluarga Bashar Al-Assad selama puluhan tahun.
Kekerasan meningkat ketika pasukan keamanan Suriah menembaki para demonstran, menewaskan sejumlah orang.
Di tengah runtuhnya keamanan di Suriah, muncul kelompok pemberontak termasuk HTS dan faksi lainnya yang didukung Turki.
Serangan HTS dan militan sekutunya ke Aleppo baru-baru ini adalah kemajuan pertama yang dilakukan pasukan oposisi Suriah sejak Maret 2020.
Rezim Bashar Al-Assad mengandalkan bantuan dari Rusia pada tahun 2015.
Dengan kekuatan militer, Rusia membantu Assad merebut kembali sebagian besar negara dari HTS, Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS), dan puluhan kelompok bersenjata yang didukung AS yang disebut "pemberontak moderat" oleh Washington.
Pada tahun 2016, Presiden Bashar Al-Assad berhasil mempertahankan kekuasaan di Aleppo, yang merupakan kota terbesar kedua di negara itu.
Aksi saling serang antara militer Suriah dan kelompok pemberontak masih terjadi, hingga pada tahun 2020, Rusia dan Turki menengahi perjanjian gencatan senjata kedua pihak di Suriah.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)