“Tidak ada yang namanya ancaman bersyarat. Ancaman adalah ancaman. Jika saya berkata saya akan membunuhmu jika saya tidak menyukai wajahmu, itu tetap ancaman. Saya akan membunuhmu entah saya suka atau tidak, ancaman adalah ancaman,” jelas Andres dalam wawancara dengan Teleradyo.
Andres menegaskan pernyataan Wapres Sara Duterte tetap merupakan ancaman, seraya menambahkan Duterte juga telah menyatakan akan memulai pelaksanaan ancaman tersebut dengan melibatkan jasa pembunuh bayaran.
"Semua sudah didengar dan bisa disimak atau ditonton lagi di video. Dia bilangnya tegas, dan setelah selesai bicara dia bilang 'Iya, benar, nggak bercanda.' Jadi itu benar-benar ancaman ke Presiden, dia sudah mulai melaksanakan ancamannya dengan menggunakan jasa pembunuh bayaran," jelasnya.
"Ancaman itu berbicara sendiri. Jika Anda perhatikan, dia tampak sangat serius. Kata-katanya sangat jelas dan tidak ada yang namanya ancaman bersyarat," tambahnya.
Baca juga: Sosok Sara Duterte, Wapres Filipina yang Sewa Pembunuh untuk Habisi Nyawa Presiden Ferdinand Marcos
Wakil Menteri Kehakiman juga menekankan bahwa pejabat publik harus bertanggung jawab atas perkataannya dan mematuhi kode etik.
"Tolong, beri tahu kami situasinya. Dia adalah Wakil Presiden yang sedang menjabat. Dia adalah penerima manfaat potensial dari kematian Presiden," kata Andres.
“Pejabat publik harus menjadi yang pertama untuk menjadi model, menjadi contoh dalam mematuhi aturan ini. Sungguh menyedihkan bahwa hal ini telah terjadi,” imbuhnya.
Wapres Filipina Ancam Bunuh Presidennya
Seperti diketahui akhir pekan lalu, Wakil Presiden (Wapres) Filipina Sara Duterte-Carpio secara terbuka mengeluarkan ancaman akan membunuh Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr.
Bahkan, Sara Duterte klaim telah menyewa seorang pembunuh untuk menghabisi Presiden Filipina.
Ibu Negara Liza Aranetaa dan Ketua DPR Filipina juga tak luput dari ancaman.
Ancaman itu mencuat karena konflik antara kedua keluarga politik itu yang kian melebar.
Sara Duterte menuduh Presiden Marcos Jr sebagai pencandu narkoba dan Ibu Negara melakukan korupsi.
Sara Duterte adalah putri mantan presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Sara Duterte mengundurkan diri sebagai menteri dari kabinet Marcos pada Juni lalu tetapi tetap menjabat sebagai wakil presiden.