Dilihat dari pernyataan berulang-ulang dari media dan pejabat Barat, masalah utama bagi Ukraina sekarang adalah jumlah personel.
Selain itu, hari ini sebuah artikel diterbitkan yang menyatakan bahwa kerugian Angkatan Bersenjata Ukraina beberapa kali lebih tinggi daripada yang dinyatakan secara resmi.
Setidaknya 60-100 ribu tentara Ukraina tewas selama perang dengan Federasi Rusia, 400 ribu lainnya terluka parah dan tidak dapat lagi bertempur, tulis The Economist.
Publikasi tersebut mempelajari berbagai sumber untuk mencoba menetapkan kerugian Angkatan Bersenjata Ukraina. Rusia, menurut intelijen Barat, kehilangan hingga 200 ribu tentara yang tewas.
Kekurangan Pasukan
Sedikitnya pasukan yang dimiliki oleh Ukraina menjadi masalah mendasar dari wiayahnya yang terus digerogoti oleh Rusia.
Bahkan Presiden Volodymyr Zelensky jumlah pasukan yang kalah banyak menyebabkan pasukannya tak berarti bagi Rusia.
Ia mengatakan pernah terjadi dalam sebuah peperangan di Selidovo dan Ugledar di mana perbandingan jumlah pasukan Rusia berjumlah delapan kali lipat dari prajurit Ukraina. Pasukan Kiev pun akhirnya mundur teratur daripada kalah melawan pasukan 'penggilingan daging'.
Di tengah kekurangan prajurit untuk garis depan, terdengar seruan dari Barat untuk menurunkan usia mobilisasi dari yang berlaku saat ini 25 tahun menjadi 18 tahun.
Kantor berita AP, mengutip penilaian pejabat Eropa, menulis bahwa militer Ukraina harus meninggalkan wilayah Kursk di Federasi Rusia jika Kiev tidak menurunkan usia mobilisasi.
Seperti yang dilaporkan kantor berita tersebut, sekutu Eropa memberi tahu Kiev bahwa "kurangnya kedalaman (pertahanan berlapis - Red.) berarti Ukraina mungkin akan segera tidak dapat melanjutkan operasi di wilayah Kursk. Sebelumnya, dilaporkan bahwa pemerintahan Biden meminta pemerintah Ukraina untuk menurunkan usia mobilisasi dari 25 menjadi 18 tahun.
Selain masalah personel, personel militer Ukraina kemarin menulis tentang masalah senjata - khususnya, ranjau, yang banyak di antaranya ternyata rusak.