TRIBUNNEWS.COM - Militer Israel melancarkan serangan udara yang intensif di Gaza, menewaskan sedikitnya 14 orang dalam serangan malam pada hari Selasa (3/12/2024).
Serangan ini menambah jumlah korban jiwa yang terus meningkat di wilayah yang dilanda konflik tersebut.
Menurut laporan petugas medis, delapan orang tewas di Beit Lahiya, sementara empat orang lainnya kehilangan nyawa di Kota Gaza.
Dua orang tewas dalam serangan di Jabalia, kamp pengungsi terbesar di Gaza.
Serangkaian serangan ini terjadi di tengah perintah evakuasi paksa yang dikeluarkan oleh militer Israel, Al Jazeera melaporkan.
Tel Aviv menyerukan agar penduduk untuk meninggalkan wilayah di Khan Younis, kota selatan Gaza.
"Untuk keselamatan Anda sendiri, Anda harus segera mengungsi dari daerah tersebut dan pindah ke zona kemanusiaan," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan di platform X, menyusul peluncuran roket oleh kelompok Palestina.
Namun, organisasi non-pemerintah Action For Humanity menegaskan bahwa tidak ada zona kemanusiaan yang aman di Gaza.
Penelitian menunjukkan bahwa perintah evakuasi paksa tidak membantu penduduk yang berusaha mencari tempat berlindung dari serangan.
Baca juga: Tentara Israel: Kami Membakar Rumah-Rumah di Gaza untuk Bersenang-senang Tapi Tak Paham Alasannya
"Penggunaan istilah-istilah ini oleh Israel ditujukan untuk memberikan legitimasi pada pemindahan paksa," ungkap pernyataan organisasi tersebut.
Pejabat Palestina dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga menyatakan bahwa tidak ada daerah aman di Gaza.
Ada lebih dari 2,3 juta penduduk telah mengungsi.
Banyak di antaranya mengalami pengungsian hingga sepuluh kali sejak konflik dimulai tahun lalu.
Kelompok Palestina menuduh tentara Israel berusaha mengusir penduduk dari utara Gaza melalui evakuasi paksa dan serangan udara, untuk menciptakan zona penyangga.