"Saya tidak menyangka akan ada begitu banyak yang menolak penambangan laut dalam," kata Stale Monstad. Dia adalah direktur utama Green Minerals, perusahaan perintis yang ingin menjadi pertama yang menambang endapan sulfida kaya logam di dasar laut Norwegia.
Pada bulan Januari 2024, parlemen Norwegia membuka jalan bagi penambangan laut dalam dan berencana untuk mulai mengeluarkan izin eksplorasi pada tahun 2025. Namun, ilmuwan internasional, kelompok lingkungan seperti Greenpeace dan WWF, industri perikanan, serta Uni Eropa, khawatir dengan rencana tersebut.
Mereka memperingatkan tentang kerusakan yang tidak dapat dipulihkan pada ekosistem Samudra Arktik yang rapuh. "Langkah ini berisiko memicu bencana lingkungan dengan kerusakan yang tidak dapat dipulihkan pada keanekaragaman hayati laut," kata Karoline Andaur, CEO WWF Norwegia.
Tiada data lingkungan untuk 99 persen dasar laut Arktik
WWF menggugat pemerintah Norwegia dengan alasan analisa dampak lingkungan, yang digunakan anggota parlemen sebagai dasar keputusan, tidak memiliki cukup informasi untuk mengevaluasi konsekuensi penambangan bagi lingkungan laut.
Badan Lingkungan Norwegia, sebuah badan pemerintah, melontarkan kritik serupa.
"Dalam analisanya, pemerintah mengatakan untuk 99 persen area ini tidak memiliki data lingkungan," Kaja Loenne Fjaertoft, pemimpin kebijakan global dan ahli biologi kelautan di WWF Norwegia, kepada DW.
Area penambangan bawah laut terletak di sebelah utara Lingkaran Arktik, antara kepulauan Svalbard dan Greenland. Kawasan ini mencakup area seluas 280.000 kilometer persegi landas kontinen Norwegia.
Aktivitas tektonik dan vulkanik telah menciptakan lembah curam dan gunung bawah laut yang tinggi di sepanjang punggungan Atlantik tengah. Di sinilah, antara sekitar 700 dan 4.000 meter di bawah permukaan laut, industri pertambangan berupaya menemukan mineral seperti tembaga, kobalt, seng, dan tanah jarang yang terkandung dalam endapan sulfida dan kerak mangan.
Logam tersebut dibutuhkan dalam transisi energi hijau dan teknologi seperti baterai, turbin angin, komputer, dan telepon seluler. Secara politis, penambangan di dalam negeri diyakini bisa mengurangi kebergantungan pada sumber asing.
"Mengingat perkembangan geopolitik, penting untuk memiliki kendali strategis atas sumber daya dan memastikan bahwa mineral tersebut berasal dari negara-negara dengan pemerintahan yang demokratis," kata Astrid Bergmal, Sekretaris Negara di Departemen Energi Norwegia, kepada DW.
Kerentanan ekosistem laut di Kutub Utara
Namun, bagi para ilmuwan, wilayah tersebut bukan sekadar sumber mineral yang belum dimanfaatkan, tetapi juga "harta karun biologis yang belum banyak dieksplorasi," kata Andaur.
Perairan di atas area penambangan merupakan habitat bagi hewan laut, termasuk ikan, gurita, krustasea, udang 'berbulu', dan paus. Di dasar laut yang dalam, tidak ada cahaya, tetapi keanekaragaman hayati di sekitar ventilasi vulkanik yang sangat kaya, mulai dari bakteri hingga flora dan fauna yang lebih besar yang beradaptasi dengan lingkungan yang keras.
Salah satu gangguan potensial bagi spesies di sana adalah polusi suara bawah air, yang "dapat mencapai sejauh 500 kilometer" dan mengganggu komunikasi spesies laut, kata Fjaertoft.
Masalah lainnya: "gumpalan sedimen dari penambangan dasar laut," yang "dapat membentang hingga ratusan kilometer" dan dapat membahayakan kesehatan hewan.