TRIBUNNEWS.COM - Pemimpin oposisi mengumpulkan anggota parlemen untuk menolak dekrit darurat militer Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol.
Beberapa menit setelah Yoon Suk Yeol mengumumkan darurat militer pada Selasa malam waktu setempat atau Rabu (4/12/2024) pagi waktu Indonesia melalui sebuah dekrit, Lee Jae-myung, pemimpin oposisi utama, meminta para pendukungnya dan anggota partainya untuk berkumpul di Majelis Nasional.
Lee menginginkan para legislator untuk meloloskan resolusi yang mengikat guna membatalkan dekrit darurat militer.
Ia juga memperingatkan, presiden mungkin akan memerintahkan militer untuk menangkap mereka guna menghentikan pemungutan suara.
"Masyarakat harus membela negara ini," kata Lee dalam siaran langsung di media sosial saat dalam perjalanannya menuju Majelis Nasional di Seoul.
"Silakan datang ke Majelis Nasional," ungkapnya yang tak lama kemudian disambut ribuan orang datang, dikutip dari The New York Times.
Lantas, siapa sebenarnya Lee Jae-myung?
Lee, yang orang tuanya bekerja sebagai pembersih toilet umum, menghabiskan masa remajanya sebagai buruh pabrik, dan hampir kehilangan tangan kirinya.
Sekarang berusia 60 tahun, ia bekerja selama dua dekade sebagai pengacara buruh yang membela hak-hak pekerja sebelum terjun ke dunia politik pada pertengahan tahun 2000-an dan naik pangkat di Partai Demokratik Korea, menjadi wali kota, dan kemudian gubernur provinsi.
Pada April 2020, Demokrat memenangkan mayoritas super di Majelis Nasional yang berlangsung selama empat tahun.
Lee mencalonkan diri sebagai presiden pada 2022, mendorong program-program sosial yang sangat populer di kalangan pendukungnya, seperti pendapatan dasar universal dan pinjaman pribadi yang disubsidi dan didukung oleh pemerintah nasional.
Baca juga: Pemakzulan Presiden Korsel, Murka Kawan Politik dan Musuh ke Yoon Suk Yeol, Korea Utara Untung
Namun, ia kalah tipis dari Yoon dalam kontes yang dimenangkan dengan selisih kurang dari 1 poin persentase.
Terpilihnya Yoon memastikan pemerintahan yang terbagi di Korea Selatan.
Alih-alih mengundurkan diri setelah kekalahannya dalam pemilihan umum, Lee kembali ke pusat politik Korea Selatan dalam beberapa bulan.