TRIBUNNEWS.COM - Krisis politik yang melanda Prancis saat ini menjadi sorotan utama.
Parlemen Prancis berada dalam situasi yang kritis, di mana Perdana Menteri Michel Barnier menghadapi mosi tidak percaya terhadap pemerintahannya.
Berikut adalah fakta-fakta penting mengenai krisis ini.
1. Penyebab Krisis
Krisis politik di Prancis mencapai puncaknya ketika Perdana Menteri Michel Barnier mencoba meloloskan sebagian dari paket anggarannya.
Dengan partai pemerintah yang hanya menguasai sepertiga kursi di Majelis Nasional, Barnier menyadari bahwa anggarannya tidak akan lolos.
Ia menghadapi penolakan dari dua blok utama, yaitu blok kiri dan blok kanan ekstrem.
2. Kehilangan Dukungan
Situasi semakin sulit bagi Barnier ketika partai-partai lain memilih untuk abstain.
Meskipun suara dari blok kiri tidak cukup untuk mencapai mayoritas, Barnier tetap berusaha meloloskan dua RUU penting sebelum 20 Desember.
Dalam usahanya, ia menggunakan Pasal 493 dari konstitusi Prancis, yang memungkinkan pemerintah untuk meloloskan beberapa rancangan undang-undang tanpa persetujuan parlemen.
Namun, tindakan ini membuka peluang bagi anggota parlemen untuk mengajukan mosi tidak percaya.
Baca juga: Baru 3 Bulan Menjabat, Perdana Menteri Prancis Mundur, Digulingkan Lewat Mosi Tidak Percaya
3. Siapa yang Mengajukan Mosi Tidak Percaya?
Aliansi sayap kiri, Nouveau Front Populaire (NFP), berencana mengajukan mosi tidak percaya jika Barnier menggunakan Pasal 493 untuk meloloskan anggarannya.
Namun, NFP tidak memiliki cukup suara untuk membuat mosi ini berhasil, karena diperlukan dukungan mayoritas di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR).
Jika banyak anggota lain abstain, hal ini dapat menguntungkan NFP.
Namun, lawan Barnier telah menyatakan niat untuk memberikan suara menentang.