Mesir Tekan Hamas Tak Masukkan Frasa 'Penghentian Perang', Israel Kontak Elon Musk
TRIBUNNEWS.COM - Media Israel, Channel 13 melaporkan pada Jumat (6/12/2024) malam kalau Mesir mengintensifkan upayanya untuk mencapai pemahaman yang mengarah pada pembebasan tahanan Israel dalam kerangka perjanjian yang bertujuan untuk gencatan senjata antara milisi perlawanan Palestina dan Israel.
Menurut sumber-sumber di Mesir, Kairo menekan kelompok perlawanan Hamas untuk membuat “konsesi” terhadap beberapa tuntutannya, sehingga memungkinkan terciptanya garis besar perjanjian yang memuaskan kedua belah pihak.
Baca juga: Hamas: Kematian Tawanan di Gaza Bukti Kegagalan Kekuatan Senjata Israel
Sumber tersebut mengindikasikan kalau Mesir mendesak kelompok perlawanan Palestina untuk menyetujui formula yang tidak memasukkan frasa “menghentikan perang” di antara syarat-syarat perjanjian.
Mesir bahkan menekan Hamas untuk bisa menerima pasukan pendudukan Israel yang tersisa di wilayah tertentu di Jalur Gaza sebagai bagian dari perjanjian tersebut dari pengaturan keamanan.
Kairo juga berupaya mengurangi jumlah tahanan Palestina yang akan dipaksa dibebaskan oleh Israel untuk setiap tahanan.
Di sisi lain, Mesir juga menekan Israel untuk menawarkan fleksibilitas dalam posisinya sebagai imbalan atas “konsesi” yang diminta oleh kelompok perlawanan, namun upaya ini menghadapi hambatan besar.
Menurut sumber Palestina yang mengetahui posisi kelompok perlawanan, yang berbicara kepada Channel 13, “peluang untuk mencapai kesepakatan masih kecil karena kesenjangan yang besar antara kedua pihak.”
Campur Tangan Elon Musk
Dalam konteks terkait, CNN melaporkan bahwa Presiden Israel Isaac Herzog melakukan kontak dengan pengusaha Elon Musk dalam beberapa hari terakhir, dalam upaya untuk memajukan negosiasi terkait kesepakatan para tahanan.
Seruan ini muncul atas permintaan keluarga para tahanan yang berharap Musk menggunakan pengaruhnya untuk menekan semua pihak yang terlibat agar mencapai kesepakatan.
Laporan tersebut menambahkan bahwa langkah ini dilakukan setelah adanya ancaman eksplisit yang dilontarkan oleh mantan Presiden AS Donald Trump di media sosial, di mana ia bersumpah akan memberikan konsekuensi yang mengerikan jika para tahanan tidak dibebaskan sebelum ia secara resmi menjabat sebagai presiden pada 20 Januari.
Baca juga: Trump Ancam Hamas: Ada Neraka di Timur Tengah Kalau Sandera Israel Tak Dibebaskan Sebelum 20 Januari
Dalam pernyataan khusus kepada Channel 13 Israel, Adam Buehler, utusan Trump yang bertugas menindaklanjuti masalah para tahanan, menyatakan optimismenya mengenai kemungkinan mencapai kesepakatan.
Dia berkata: “Saat ini merupakan peluang untuk menangani masalah tahanan, sebagai hasil dari kekuatan yang ditunjukkan Israel di Jalur Gaza dan Lebanon.”
Dia menambahkan bahwa pemerintahan Trump berikutnya akan bergantung pada tindakan, dan bahwa “tekanan terhadap perlawanan Palestina akan terus mencapai tujuan ini.”
Baca juga: Media AS: Hamas Melunak, Kendurkan Syarat Gencatan Senjata, Israel Tetap Ada di Perbatasan Mesir
Mesir dan Qatar Yakin Hamas Menyetujui
Seperti diberitakan sebelumnya dalam informasi terbaru, Israel memberikan tawaran gencatan senjata kepada kelompok Hamas.
Tawaran itu disampaikan Israel melalui mediator Mesir.
Tawaran gencatan senjata itu disampaikan Israel dengan catatan Hamas membebaskan sandera Israel yang tersisa.
Demikian kata dua pejabat Israel seperti dikutip dari JPost, Kamis (5/12/2024).
"Para mediator Mesir dan Qatar meyakini Hamas kini mungkin menyetujui kesepakatan pembebasan sandera dan gencatan senjata, meskipun hanya sebagian," kata seorang pejabat Israel.
Poin-poin utama dari proposal baru tersebut diselesaikan selama pertemuan dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Pertemuan itu melibatkan menteri senior dan beberapa kepala keamanan Israel.
Poin-poin ini disampaikan kepada intelijen Mesir, yang kemudian menyampaikannya kepada perwakilan Hamas di Kairo.
"Mesir saat ini merupakan saluran negosiasi utama dengan Hamas, meskipun Qatar juga terlibat," kata pejabat Israel.
Gencatan senjata adalah kesepakatan dua pihak untuk menghentikan pertempuran untuk sementara guna memungkinkan terjadinya dialog menuju perdamaian.
Proposal baru Israel tersebut menawarkan gencatan senjata dengan Hamas yang berlangsung selama 42 hingga 60 hari.
Selama periode ini, Hamas diminta membebaskan sandera perempuan, sandera laki-laki berusia di atas 50 tahun, dan sandera yang berada dalam kondisi medis kritis.
Israel, yang awalnya menuntut pembebasan 33 sandera, kini mengaku realistis bahwa beberapa sandera mungkin tidak lagi hidup.
Proposal tersebut juga kabarnya ada keinginan Israel untuk membebaskan ratusan tahanan Palestina, termasuk mereka yang menjalani hukuman seumur hidup, sebagai gantinya.
Israel menunggu tanggapan Hamas
"Kami menunggu Mesir untuk memberi tahu kami tanggapan Hamas," kata seorang pejabat Israel mengenai sikap Hamas terhadap usulan terbaru tersebut.
"Dalam beberapa hari, kami akan tahu apakah Hamas bersedia bernegosiasi dalam kerangka yang kami ajukan atau tidak," imbuhnya.
Jika Hamas menanggapi secara positif, delegasi Israel akan melakukan perjalanan ke Kairo Mesir untuk menyelesaikan rincian seperti durasi gencatan senjata.
Termasuk nantinya membicarakan jumlah sandera yang akan dibebaskan, dan tahanan Palestina mana yang akan dibebaskan.
Kubu Donald Trump Setuju
Di Washington AS, Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer bertemu dengan Penasihat Keamanan Nasional Presiden terpilih Donald Trump, Mike Waltz.
"Presiden terpilih mendukung kesepakatan pembebasan sandera dan gencatan senjata di Jalur Gaza, asalkan dapat diterima oleh Israel," kata seorang penasihat Trump, seraya menambahkan.
"Trump ingin kesepakatan tersebut segera dilaksanakan, tanpa penundaan, dan sebelum tanggal 20 Januari."
Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani mengatakan kepada Sky News bahwa dia sedang menghubungi penasihat Trump mengenai masalah tersebut.
"Kami telah mendengar dari para penasihat Trump bahwa ia ingin masalah penyanderaan dan gencatan senjata Gaza diselesaikan sebelum ia menjabat. Kami berharap kedua belah pihak memahami pesan ini," katanya.
Ancaman Donald Trump
Sebelumnya presiden terpilih AS Donald Trump mengancam Hamas jika tidak segera membaskan sandera Israel sebelum pelantikannya sebagai presiden AS pada 20 Januari 2025.
Sebelumnya, keluarga sandera menerbitkan video yang dibuat dengan Artificial Intelligent (AI).
Dalam video itu menunjukkan Yair Netanyahu, putra PM Israel seolah ditahan di terowongan Hamas.
Yair Netanyahu dalam video AI itu juga meminta Netanyahu untuk menyetujui gencatan senjata untuk membebaskan sandera di Gaza.
Keluarga sandera merilis video tersebut untuk menggambarkan kondisi sandera Israel yang ditahan oleh Hamas di Gaza.
Video itu juga mendesak pemerintahan Netanyahu untuk mengintensifkan upayanya untuk mencapai kesepakatan dan memulangkan mereka.
Serangan di Gaza Terus Berlanjut
Seperti diketahui gencatan senjata terbaru baru saja diberlakukan antara kelompok Hizbullah di Lebanon dengan Israel pekan lalu.
Kini perang di Lebanon mulai sedikit mereda.
Sementara di Gaza, Israel masih terus menggempur basis Hamas meski korban sipil tak bisa dihindari.
Terbaru, Rabu (4/12/2024) dini hari, dilaporkan seorang warga Palestina tewas dan beberapa lainnya terluka ketika pasukan pendudukan Israel mengebom sebuah tenda yang menampung orang-orang terlantar di sebuah sekolah yang berafiliasi dengan UNRWA di kamp Al-Bureij di Jalur Gaza tengah.
Sementara itu, warga Palestina terus terjebak di Gaza utara, karena kamp Jabaliya telah menjadi sasaran penembakan artileri Israel yang hebat pada dini hari Rabu.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina (Gaza), 44.502 warga Palestina telah terbunuh, dan 105.454 terluka dalam genosida Israel yang sedang berlangsung di Gaza yang dimulai pada 7 Oktober 2023.
(oln/khbrn/*)