Ia menjabat sebagai perdana menteri untuk beberapa masa jabatan.
Setelah Pemilu 2019, Netanyahu didakwa dengan tuduhan suap, penipuan, dan pelanggaran kepercayaan.
Pada 1967, Netanyahu kembali ke Israel untuk bertugas di unit elit Pasukan Pertahanan Israel, sebagai komandan di unit elit, yaitu Sayeret Matkal.
Ia mengambil bagian dalam sejumlah operasi militer, termasuk penyelamatan dramatis sebuah jet penumpang Sabena yang dibajak pada 1972.
Dengan nama sandi "Operasi Isotop," penyelamatan itu dipimpin oleh Ehud Barak.
Netanyahu kembali ke Amerika Serikat pada tahun 1972 dan melanjutkan untuk menerima gelar dalam arsitektur dan administrasi bisnis dari Massachusetts Institute of Technology.
Pada 1976, ia dipekerjakan oleh Boston Consulting Group.
Ia kembali ke Israel setelah kematian Yoni, saudara laki-laki tertuanya, yang terbunuh saat mencoba membebaskan sandera dari pesawat Air France yang dibajak di Uganda.
Netanyahu menjadi sangat terlibat dalam upaya kontraterorisme internasional, yang membantu meluncurkan karier politiknya.
Setelah bertugas di kedutaan Israel di Washington, DC (1982-84), ia menjadi duta besar Israel untuk PBB (1984-1988).
Selama berada di PBB, Netanyahu berhasil memimpin kampanye untuk mendeklasifikasi arsip PBB tentang kejahatan perang Nazi.
Pada 1988, Netanyahu terpilih sebagai anggota Knesset (parlemen Israel) oleh partai sayap kanan Likud dan menjabat sebagai wakil menteri untuk urusan luar negeri.
Lima tahun kemudian, dia terpilih sebagai ketua partai Likud dan calon perdana menterinya.
Pada 1996, ia terpilih sebagai Perdana Menteri Israel, mengalahkan kandidat Partai Buruh, Shimon Peres.