TRIBUNNEWS.COM - Warga Suriah memadati jalan-jalan dan masjid-masjid untuk melaksanakan salat Jumat pertama setelah jatuhnya rezim Presiden Bashar al-Assad.
Melalui aplikasi perpesanan Telegram, pemimpin oposisi Suriah, Abu Mohammed al-Julani, mengajak warga Suriah untuk turun ke jalan dan mengekspresikan kegembiraan mereka.
"Saya mengajak mereka untuk turun ke jalan, mengekspresikan kebahagiaan tanpa menembakkan peluru atau menakut-nakuti orang lain. Setelah itu, mari kita bersama-sama membangun negara ini. Seperti yang selalu kami katakan, kemenangan ini datang dengan pertolongan Tuhan," ucap al-Julani dalam pesan video, dikutip oleh NPR.
Di ibu kota Damaskus, warga berdiri bahu-membahu di salah satu tempat paling suci di Suriah, Masjid al-Umayyah.
Orang-orang berdesakan, berebut tempat untuk dapat masuk ke dalam masjid. Namun, karena halaman masjid sangat penuh sesak, sebagian besar tidak berhasil masuk.
Anak-anak tampak berlarian sambil melambaikan bendera Suriah yang baru. Suasananya seperti festival, demikian dilaporkan oleh NPR.
Masjid kuno al-Umayyah terletak berdampingan dengan makam pahlawan Muslim abad ke-12, Saladin, dan beberapa orang percaya bahwa kepala Yohanes Pembaptis dimakamkan di dalam masjid.
Pekarangan marmer masjid ini sebelumnya menjadi saksi kekejaman pasukan keamanan Assad dalam menekan protes antipemerintah selama bertahun-tahun.
Suara khotbah samar-samar terdengar dari luar masjid.
Setelah salat, banyak orang berswafoto bersama keluarga mereka dan saling berpelukan.
Beberapa dari mereka baru pertama kali datang ke masjid ini.
Baca juga: Dari Masjid Umayyah Damaskus, Para Militan Suriah: Bersabarlah Wahai Penduduk Gaza, Kami Akan Datang
Dua sahabat karib, Mareya Keftaro yang berusia 21 tahun dan Bayan Habash yang berusia 20 tahun, terlihat berbincang sambil tertawa kecil.
"Tanah kami telah kembali kepada kami," ucap Habash.
"Saya merasa ini adalah negara milik SAYA sekarang."