News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Suriah

Meski Suriah Dibombardir IDF, HTS Tolak Sikut-sikutan dengan Israel, Jolani Bongkar Alasannya

Penulis: Febri Prasetyo
Editor: Whiesa Daniswara
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Serangan skala besar Israel ke wilayah Suriah saat transisi kekuasaan setelah tergulingnya Rezim Bashar al-Assad.

TRIBUNNEWS.COM – Kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) mengaku enggan berkonflik dengan Israel meski Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berulang kali menyerang Suriah.

Pemimpin HTS Abu Mohammed al-Jolani mengatakan Israel menggunakan Iran sebagai dalih untuk memasuki Suriah.

Kendati demikian, Jolani mengatakan pihaknya “tidak punya keinginan untuk terjun dalam konflik melawan Israel”.

Dikutip dari laporan Institut Kajian Perang (ISW) edisi 14 Desember 2024, Israel juga mengklaim enggan berkonflik dengan Suriah yang baru saja mengalami revolusi besar akibat ambruknya rezim Presiden Bashar al-Assad.

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Herzi Halevi berujar pihaknya enggan campur tangan dalam urusan politik domestik Suriah.

Kata dia, IDF tujuan IDF beroperasi di Suriah ialah hanya untuk memastikan keamanan Israel.

Israel sudah melancarkan ratusan serangan yang menargetkan gudang-gudang senjata Suriah. Bahkan, Israel menduduki Gunung Hermon di Suriah.

Sejumlah negara Arab mengecam pendudukan Israel atas buffer zone atau zona penyangga di Dataran Tinggi Golan.

Assad mengatakan dalih Israel menduduki Suriah itu suatu alasan yang lemah dan tidak bisa digunakan sebagai pembenaran.

“Israel sudah jelas melewati batas di Suriah, itu merupakan ancaman eskalasi tak berdasar di kawasan ini,” kata Jolani saat diwawancarai Syria TV.

“Kondisi suriah yang letih karena perang, setelah konflik dan perang bertahun-tahun, tidak mengizinkan adanya konfrontasi baru. Prioritas saat ini adalah pembangunan kembali dan stabilitas, tidak ditarik ke dalam sengketa yang bisa memunculkan kehancuran lebih lanjut.”

Baca juga: HTS Minta Faksi-Faksi Palestina di Suriah Lucuti Senjata Sendiri, Aksi Melawan Israel Dilarang

Di samping itu, dia mengatakan solusi diplomatik adalah satu-satunya cara untuk memastikan keamanan dan stabilitas. Menurutnya, “petualangan politik yang tanpa perhitungan” tidak dihendaki.

HTS di Suriah saat ini

Jolani meningkatkan kekuatan politik dan keamanan setelah berakhirnya kekuasaan Assad.

Pasukan HTS menguasai Kota Daara dan perlintasan perbatasan Nassib pada hari Sabtu, (14/12/2024).

Dia dan para pemimpin Ruang Operasi Selatan (SOR) bertemu tempo hari guna membahas urusan militer dan sipil.

SOR adalah salah satu koalisi pemberontak di Suriah. SOR sudah sepakat bekerja sama dengan HTS.

Jolani juga sudah bertemu dengan Ahmed Rizk yang menjadi panglima Nour al-Dink al-Zink, kelompok pemberontak Sunni, untuk membahas peran “kader revolusioner” dalam pemerintahan mendatang dan perombakan Kementerian Pertahanan Suriah.

Saat ini Jolani terus mengintegrasikan sekutu-sekutu HTS ke dalam Pemerintahan Penyelamat Suriah yang berkuasa sementara di negara itu.

IDF serang Suriah

IDF melancarkan serangan besar ke Suriah dalam operasi yang disebut “Operasi Anak Panah Bashan”.

Selama tujuh hari belakangan Israel terus membombardir Suriah dengan serangan-serangan udaranya.

Baca juga: Tak Hanya Ancam HTS di Suriah, Israel Juga Bakal Basmi Tentara dan Fasilitas Militer yang Tersisa

Pada hari Selasa, (10/12/2024), IDF mengklaim sudah menghancurkan 70 hingga 80 persen kemampuan militer Suriah di bawah rezim Presiden Bashar al-Assad yang kini tumbang.

“Dalam 48 jam terakhir, IDF menyerang sebagian besar gudang senjata strategis di Suriah,” kata IDF hari Selasa, (10/12/2024), dikutip dari All Israel News.

Israel berdalih serangan itu dilakukan agar mencegah senjata jatuh ke tangan “unsur teroris”.

Menurut Israel, Operasi Anak Panah Bashan sudah rampung hari Selasa.

Tank militer Suriah yang disita oleh militer Israel (IDF) di Suriah Selatan, 11 Desember 2024. (IDF/Timesof Israel)

Adapun Bashan adalah nama Dataran Tinggi Golan dalam Perjanjian Lama. Golan diduduki Israel setelah Perang Enam Hari tahun 1967 dan dicaplok tahun 1981 meski tindakan itu tidak diakui dunia.

Menurut Army Radio, operasi militer besar itu melenyapkan hampir semua peralatan militer Suriah yang disebut mengancam Israel.

Operasi itu mendapat lampu hijau dari Kepala Staf IDF, Letjen Herzi Halevi hari Sabu lalu atau tepat sebelum rezim Assad resmi digulingkan.

Dilaporkan total ada 350 pesawat yang diikutsertakan Israel dalam serangan ke Suriah. Jumlah itu bahkan lebih dari setengah jumlah pesawat Angkatan Udara Israel.

IDF menyebut pesawat-pesawat itu terbang ratusan jam di atas langit Suriah.

Israel mengklaim target yang dihancurkan termasuk senjata strategis seperti rudal Scud, rudal penjelajah, rudal darat ke laut, rudal darat ke udara, dan rudal udara ke udara, pesawat nirawak, jet tempur.

Di samping itu, perlengkapan reguler tentara seperti helikopter serang, radar, tank, hanggar pesawat, dan infastruktur intelijen turut hancur.

Israel juga mengerahkan angkatan lautnya untuk menyerang Pelabuhan Al-Beida dan Latakia. Serangan itu diklaim menghancurkan belasan kapal rudal milik Angkatan Laut Suriah.

(Tribunnews/Febri)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini