TRIBUNNEWS.COM – Milisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS) diminta untuk menjauhi pasukan Rusia yang berada di Pangkalan Angkatan Laut Tartus.
Tartus adalah salah satu dari dua pangkalan militer Rusia di Suriah. Adapun pangkalan yang satunya ialah Pangkalan Udara Khmeimim.
Di pangkalan itu bendera Rusia masih tampak berkibar. Pada hari Senin pasukan Rusia mengoperasikan truk-truk di gerbang masuk Tartus, sedangkan milisi HTS berjaga di tempat pemeriksaan terdekat.
Kepada AFP, milisi itu mengaku diminta untuk tidak mendekati pasukan Rusia.
Sedikit lebih jauh dari tempat itu, tampak ada antrean puluhan truk dan kendaraan lapis baja Rusia. Wartawan juga diminta tidak mendekat terlalu dekat dengan pasukan Rusia.
Menurut pejuang HTS, dua hari lalu ada empat utusan dari pemerintahan transisi Suriah yang sudah bertemu dengan pasukan Rusia.
Akan tetapi, ketika pasukan setempat mendekati pasukan Rusia pada hari Minggu, pasukan Rusia terlihat bersiaga memegang senjata meski tidak agresif.
“Sekarang kami diminta untuk menjauhi mereka,” kata salah satu pejuang HTS.
Nasib pangkalan Rusia masih menggantung
Sementara itu, Rusia mengakui bahwa nasib dua pangkalan militernya di Suriah belum ditentukan setelah rezim eks Presiden Bashar al-Assad ditumbangkan oleh HTS.
“Belum ada keputusan akhir perihal ini,” kata juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, kepada wartawan hari Senin, dikutip dari Moscow Times.
Baca juga: HTS Jamin Keamanan Pasukan Rusia selama Pindahkan Peralatan Militer, sedang Tahap Negosiasi
“Kami berkontak dengan perwakilan pasukan yang kini mengontrol situasi di negara itu.”
Adapun Senin lalu Rusia telah mengevakuasi beberapa staf kedutaannya di Suriah. Sehari sebelumnya, citra satelit memperlihatkan personel militer Rusia mulai berkemas di Khmeimim.
Pekan lalu diplomat Rusia berkata penarikan pasukan Rusia secara penuh dari Suriah bisa saja terjadi.
Rusia diklaim tarik pasukannya
Dua pejabat Amerika Serikat (AS) mengklaim Rusia mulai menarik pasukan perlengkapan militer dari Suriah secara besar-besaran.
Pejabat itu menyebut penarikan itu dimulai minggu lalu. Namun, tidak jelas apakah penarikan bersifat permanen atau sementara.
Intelijen Barat menduga Rusia sedang berusaha menilai apakah HTS membuka diri untuk negosiasi.
Sementara itu, Peskov menyebut Rusia terus berkontak dengan HTS.
“Kami harus menjaga hubungan dengan pihak yang mengendalikan situasi karena, seperti yang saya sampaikan, kami punya fasilitas dan personel di sana,” kata Peskov dikutip dari CNN.
Menurut dia pejabat AS, Rusia mulai memindahkan aset angkatan laut dari Suriah ke Libya.
Pejabat AS lainnya mengatakan Rusia menekan panglima Tentara Nasional Libya, Khalifa Haftar, agar mengamankan akses Rusia di Pelabuhan Benghazi, Libya.
Baca juga: Pemerintah Transisi Baru Suriah: Tidak Ada Tempat bagi Kehadiran Rusia
Jika terpaksa meninggalkan Tartus di Suriah dan tidak bisa mengakses pelabuhan di Libya, Rusia tak akan memiliki pelabuhan di Laut Tengah untuk memperkirakan kekuatan NATO di sisi selatan.
Pejabat itu berujar jika Rusia kehilangan Tartus, Rusia akan kesulitan memindahkan “barang terlarang” di antara Afrika dan Rusia.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memilih bungkam mengenai dugaan penarikan pasukan Rusia.
Adapun juru bicara Gedung Putih, Mayjen Patrick Ryder, mengatakan AS kini bisa beroperasi lebih bebas di Suriah untuk menggelar operasi militer anti-ISIS karena sistem pertahanan Rusia sudah tak ada lagi di Suriah.
Muncul tanda HTS akan usir Rusia?
Sumber dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengklaim muncul tanda-tanda, kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) akan sepenuhnya mengusir Rusia dari Suriah.
Sayangnya, media terkemuka Israel Jerusalem Post tidak merinci identitas narasumber itu dan hanya mengatakannya sekilas dalam artikel yang terbit hari ini, Rabu (13/12/2024).
Sementara itu, beberapa pengamat menyebut Rusia mungkin berupaya merundingkan kembali keberadan pasukannya di Suriah dengan sejumlah syarat lain.
Syarat itu misalnya HTS akan benar-benar menguasai semua wilayah Suriah dan Rusia hanya akan menjadi tamu yang baru membantu jika dibutuhkan.
Teka-teki jumlah pasukan Rusia di Suriah
Hingga kini belum diketahui jumlah pasti tentara Rusia yang berada di Suriah.
Baca juga: Bashar al-Assad Dilaporkan Sudah Mengangkut Rp3,9 Triliun Kekayaannya dari Suriah ke Rusia
Pakar militer Ivan Stupak menyebut besar kemungkinan ada beberapa ribu tentara Rusia di negara Timur Tengah itu.
"Tidak ada data akurat tentang berapa banyak yang ada di Suriah," kata Stupak dikutip dari RBC Ukraina.
"Sebagai contoh, dalam hal personel, saya pernah melihat dokumen yang menyebutkan 2.000 hingga 4.000 personel, dan paling banyak ialah 7.500. Namun, kita ingat bahwa mereka tidak beroperasi di darat, mereka kebanyakan menjalankan ‘serangan akurat’ dengan ‘senjata presisi.’"
Dia mengatakan pasukan Rusia yang berada di Suriah kebanyakan beroperasi di udara.
(Tribunnews/Febri)