Sebuah uji coba program terapi perilaku kognitif terbaru menunjukkan langkah untuk memberikan dukungan yang lebih besar bagi para ayah baru yang mengalami depresi pascapersalinan. Hal yang selama ini kurang diketahui terjadi pada para pria.
Meskipun depresi pascamelahirkan umum terjadi pada wanita - mempengaruhi sekitar 25% ibu baru - depresi ini juga mempengaruhi 10% ayah baru. Dampak emosional dan psikologis pada pria juga bisa sama besarnya.
Sebuah intervensi pelatihan orang tua baru yang menyoroti landasan perkembangan anak dan pengasuhan berbasis permainan telah menunjukkan hasil yang menjanjikan bagi para pria yang mengalami kondisi tersebut. Hasil uji coba selama 18 bulan ini telah dipublikasikan dalam jurnal JAMA Psychiatry.
Di antara 357 ayah baru yang dibagi menjadi dua kelompok uji coba, mereka yang mengikuti program "Belajar Melalui Bermain Plus Ayah” menunjukkan penurunan gejala depresi. Anak-anak juga mendapat manfaat.
"Anak-anak dari ayah yang menerima intervensi menunjukkan perkembangan sosial dan emosional yang lebih baik dibandingkan dengan anak-anak dari ayah yang tidak menerima intervensi,” ujar pemimpin penelitian Ishrat Husain dari Universitas Toronto, Kanada.
Depresi pascamelahirkan pada pria sulit dikenali, para ayah baru meminta bantuan
Tingkat depresi dan depresi pascapersalinan lebih tinggi di negara-negara berpenghasilan menengah ke bawah, di mana akses terhadap penilaian dan perawatan kesehatan mental berbasis bukti bisa jadi terbatas.
Penelitian terbaru Husain muncul dari hasil kerja sama dengan para ibu yang menangani depresi pascamelahirkan di Pakistan.
"Selama kelompok kami bekerja dengan para ibu yang mengalami depresi pascamelahirkan di Pakistan, kami didekati oleh mitra mereka untuk mengembangkan intervensi serupa bagi mereka,” kata Husain.
Perawatan Husain untuk depresi pascapersalinan adalah salah satu dari banyak perawatan yang sedang diujicobakan di seluruh dunia.
Secara umum, mereka menemukan bahwa intervensi dukungan serupa cukup efektif untuk mengobati depresi ini pada pria dan wanita, terutama bila digabungkan dengan antidepresan.
Para ahli mengatakan bahwa masalah utamanya adalah bahwa depresi pascamelahirkan pada pria merupakan masalah yang kurang dikenal, sehingga orang sering tidak menyadari bahwa pengobatan yang efektif tersedia.
Ada juga sedikit penelitian tentang faktor sosiokultural yang terkait dengan depresi pascapersalinan, dan apakah perubahan tingkat kebijakan seperti cuti melahirkan untuk ayah membantu psikologi keluarga.
Apa perbedaan depresi pascapersalinan antara pria dan wanita?
Sementara para ibu yang mengalami depresi pascapersalinan sering menunjukkan kesedihan dan kecemasan, para pria mungkin mengalami gejala-gejala yang tidak terlalu mudah dikenali sebagai depresi.
Tanda-tanda umumnya seperti:
- Mudah tersinggung atau marah: Ayah mungkin menjadi pemarah atau mudah frustrasi.
- Menarik diri: Mereka mungkin mengisolasi diri dari keluarga atau menghindari ikatan dengan bayi mereka.
- Perilaku berisiko: Beberapa terlibat dalam penggunaan narkoba, perjudian, atau tindakan impulsif lainnya sebagai mekanisme koping.
- Perubahan yang berhubungan dengan pekerjaan: Bekerja berlebihan atau penurunan produktivitas secara tiba-tiba dapat menjadi tanda penghindaran atau perasaan tidak mampu.
- Gejala fisik: Kelelahan, sakit kepala, atau perubahan nafsu makan dapat menyertai pergulatan emosional.