News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Rusia Vs Ukraina

Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1029: Kontroversi Senjata Kimia Letnan Jenderal Igor Kirillov

Penulis: Andari Wulan Nugrahani
Editor: Facundo Chrysnha Pradipha
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Letjen Igor Kirillov, Komandan Satuan Nuklir Rusia yang tewas dalam sebuah ledakan bom di Moskow,17 Desember 2024. Letnan Jenderal Igor Kirillov memimpin program pertahanan kimia Rusia. Ukraina menuduh Rusia menggunakan senjata kimia, termasuk gas air mata dan chloropicrin.

TRIBUNNEWS.COM - Inilah sejumlah peristiwa yang terjadi dalam perang Rusia-Ukraina, yang telah memasuki hari ke-1029 pada Rabu (18/12/2024).

Letnan Jenderal Igor Kirillov adalah sosok yang memimpin program pertahanan radiologi, kimia, dan biologi militer Rusia.

Peran pentingnya dalam program ini menjadikannya target perhatian, terutama ketika intelijen Ukraina baru-baru ini menuduh Rusia terlibat dalam penggunaan senjata kimia di medan perang.

Tuduhan tersebut memberikan gambaran lebih dalam tentang kebijakan dan strategi militer Rusia serta implikasi yang lebih luas di kancah internasional.

Tentara Ukraina mengungkapkan laporan mengenai penggunaan senjata kimia yang terus-menerus di medan perang, dengan fokus pada gas air mata.

Penggunaan gas air mata di medan perang tergolong ilegal, menambah kompleksitas konflik yang sedang berlangsung.

Dan Sabbagh, seorang pengamat, menekankan bahwa baik Amerika Serikat (AS) maupun Inggris turut menyampaikan tuduhan lebih serius, menuduh Rusia menggunakan agen beracun lain, seperti chloropicrin.

Chloropicrin, yang dikenal sebagai senjata berbahaya, pertama kali digunakan dalam Perang Dunia Pertama dan dianggap memiliki efek yang mengerikan.

Simak peristiwa lainnya berikut ini.

Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1029:

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1028: Zelensky Sebut Rusia Bakar Mayat Tentara Korea Utara di Kursk

Diduga Angkut Minyak Ilegal Rusia, 20 Kapal Disanksi Inggris

Pada hari Selasa (17/12/2024), Inggris mengumumkan penjatuhan sanksi kepada 20 kapal yang diduga terlibat dalam pengangkutan minyak ilegal asal Rusia.

Langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk menghentikan aliran pendapatan minyak yang membantu mendanai konflik yang berlangsung di Ukraina.

Sanksi terhadap kapal-kapal tersebut bertujuan untuk mengurangi pendapatan Presiden Rusia, Vladimir Putin, yang terus digunakan untuk mendukung agresi militer di Ukraina.

Dengan semakin meningkatnya tekanan, Inggris berupaya untuk menegaskan posisinya dalam mendukung Ukraina dan mengecam tindakan Rusia yang dianggap ilegal.

Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer menyatakan, "Ketika pendapatan minyak Presiden Rusia terus menyulut api perang ilegalnya, keluarga-keluarga Ukraina harus menanggung malam-malam yang dingin dan gelap, sering kali tanpa pemanas, cahaya, atau listrik akibat serangan rudal Rusia yang tak henti-hentinya."

Pernyataan ini menggambarkan dampak langsung dari konflik terhadap kehidupan sehari-hari rakyat Ukraina.

Dengan diterapkannya sanksi terhadap kapal-kapal tersebut, Inggris berharap dapat menurunkan kapasitas Rusia untuk membiayai operasi militernya.

Ukraina Jatuhkan 20 Pesawat Nirawak Rusia

Pada hari Selasa (17/12/2024), Angkatan Udara Ukraina mengumumkan bahwa mereka berhasil menembak jatuh 20 pesawat nirawak yang diluncurkan oleh Rusia.

Ini menunjukkan ketegangan yang terus meningkat antara kedua negara dan pentingnya sistem pertahanan udara yang efektif di Ukraina.

Dalam laporan yang dibagikan melalui aplikasi Telegram, Angkatan Udara Ukraina menyebutkan bahwa Rusia telah meluncurkan total 31 pesawat nirawak dalam serangan tersebut.

Selain itu, mereka menambahkan bahwa 10 pesawat nirawak lainnya tidak berhasil mencapai target yang ditentukan.

Keterlibatan Pasukan Korea Utara di Kursk

Dalam sebuah laporan terbaru, pasukan Korea Utara dilaporkan telah terlibat dalam pertempuran melawan pasukan Ukraina di wilayah Kursk, Rusia.

Menurut seorang pejabat senior militer AS, pertempuran ini telah mengakibatkan ratusan korban di pihak Korea Utara, yang mencakup berbagai jenis cedera, dari luka ringan hingga korban jiwa (KIA).

Pejabat militer tersebut menjelaskan bahwa korban berasal dari berbagai pangkat tentara Korea Utara.

"Ini bukan pasukan yang terlatih dalam pertempuran. Mereka belum pernah bertempur sebelumnya, itulah mengapa mereka menderita korban yang mereka alami di tangan Ukraina," kata pejabat itu, menyoroti kurangnya pengalaman tempur yang dialami oleh pasukan Korea Utara.

Panglima tertinggi Ukraina, Oleksandr Syrsky, mengungkapkan bahwa Rusia telah menggunakan pasukan Korea Utara dalam serangan intensif di Kursk selama beberapa hari terakhir.

Ini menimbulkan pertanyaan mengenai strategi Rusia dalam konflik ini dan mengapa mereka memilih untuk menggunakan tentara dari negara lain.

Keputusan untuk melibatkan pasukan Korea Utara mungkin didasarkan pada kebutuhan mendesak Rusia untuk memperkuat angkatan bersenjatanya di medan perang.

Namun, kurangnya pengalaman dan pelatihan yang memadai pada pasukan ini menjadi tantangan besar, dan hal ini tercermin dalam jumlah korban yang tinggi.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini