TRIBUNNEWS.COM – Narasumber militer Israel di Komando Selatan mengklaim Hamas telah merekrut ribuan juru tempur baru untuk sayap militernya, yakni Brigade Al-Qassam.
Kepada media Israel bernama Walla, narasumber itu menyinggung dua sosok penting di Jalur Gaza.
Keduanya ialah Muhammad Sinwar atau Abu Ibrahim (saudara eks Kepala Biro Politik Hamas Yahya Sinwar) dan Izz ad-Din al-Haddad atau Abu Suhaib.
Muhammad Sinwar disebut telah mengambil alih pasukan di Gaza selatan, terutama di Khan Younis.
Sementara itu, al-Haddad mengepalai Al-Qassam dan sebelumnya pernah menjadi anggota dewan militer.
Sejak perang di Gaza meletus tanggal 7 Oktober 2023, keduanya berhasil menghindari intelijen Israel.
Menurut narasumber di Komando Selatan, Sinwar dan al-Haddad beroperasi secara terpisah. Metode operasi masing-masing juga tidak seperti biasanya.
Adapun di dalam militer Israel muncul beragam opini tentang seberapa jauh kehancuran yang mendera Brigade Al-Qassam dan kebangkitan brigade itu selama setengah tahun belakangan.
Menurut narasumber itu, para pejuang Hamas yang berhasil lari dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) kini berkumpul di dua area utama.
Disebutkan pula, dalam beberapa bulan terakhir para pejuang itu mulai berkumpul di bangunan yang dibuat Hamas.
Ada panglima baru, pelatihan, dan perubahan metode tempur untuk melawan operasi IDF. Mereka membangun garis pertahanan baru.
Baca juga: Hamas: Kesepakatan Gencatan Senjata Dapat Tercapai Jika Israel Tidak Menambah Syarat Baru Lagi
Divisi 162 Israel disebut telah menghancurkan garis-garis pertahanan di Jabalia selama dua bulan lalu.
“Sinwar dan al-Haddad sangat berhati-hati agar tidak memperlihatkan diri mereka,” kata narasumber yang mengetahui hal itu.
Israel serang Khan Younis
Israel menyerang Khan Younis pada Rabu. Serangan itu menewaskan setidaknya tiga warga Palestina dan melukai lima lainnya.
Anadolu Agency melaporkan serangan itu menargetkan sebuah tenda yang menampung para pengungsi dan sekumpulan warga sipil.
Tenda itu dimiliki keluarga Al-Amour. Sepasang suami istri tewas di tenda.
Sumber di Rumah Sakit Erop Gaza mengatakan pihaknya menerima tiga jasad dan merawat lima korban luka.
Sementara itu, dalam serangan terpisah, drone Israel menembakkan rudal ke sekelompok warga sipil di Al-Qarara, Khan Younis bagian selatan. Serangan itu menwaskan satu warga Palestina dan melukai dua lainnya.
Saat ini jumlah warga Palestina yang tewas karena serangan Israel telah mencapai lebih dari 45.000 orang. Kebanyakan dari pada korban adalah wanita dan anak-anak.
Bulan lalu Mahkamah Pidana Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, dan mantan Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, atas kejahatan perang dan kejahatan kemanusiaan di Gaza.
Serangan terhadap fasilitas kesehatan
Baca juga: Negosiasi Gencatan Senjata Gaza Hamas-Israel di Titik Krusial, Ini Rincian Poin-Poin Kesepakatan
Sementara itu, LSM asal Swiss bernama Insecurity Insight mengatakan sudah ada ribuan serangan terhadap fasilitas dan tenaga kesehatan di tanah Palestina yang diduduki maupun Israel.
Menurut LSM itu, ada 1.567 serangan di Gaza yang menyebabkan fasilitas kesehatan rusak 279 kali.
Serangan tersebut juga menyebabkan 581 tenaga kesehatan tewas. Adapun 339 tenaga kesehatan ditahan.
Sementara itu, ada 335 serangan di Tepi Barat dan Yerusalem Timur. Sebanyak 11 tenaga kesehatan tewas dan 92 lainnya ditahan.
(Tribunnews/Febri)