Dalam konferensi pers virtual, Georgios Petropoulos , kepala sub-kantor Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) di Gaza, mengatakan, "Otoritas dan militer Israel tampaknya enggan membuka beberapa titik akses sekaligus," yang menurutnya menghambat pengiriman pasokan vital.
Ia mengatakan konvoi yang berusaha menyeberang ke Gaza selatan sering menghadapi penjarahan karena pelanggaran hukum.
"Sebagian besar wilayah tempat penjarahan ini terjadi berada di bawah kendali pasukan Israel," katanya.
Petropoulos menyoroti situasi kemanusiaan yang mengerikan.
"Setiap hari, sebagai pekerja bantuan di Gaza, Anda dipaksa untuk membuat keputusan yang mengerikan. Haruskah saya membiarkan orang mati karena kelaparan atau kedinginan? Apakah kita membawa lebih banyak makanan untuk meredakan rasa lapar atau lebih banyak lembaran plastik untuk tempat berteduh?" kata Petropoulos.
"Kelaparan kemungkinan besar sudah terjadi di sini."
Ia menggambarkan kesulitan mencapai Kota Gaza di utara, di mana akses dibatasi oleh pos pemeriksaan Israel yang dijaga ketat.
"Kami tidak memiliki akses yang dapat diprediksi ke pos pemeriksaan Israel ini. Pos pemeriksaan tersebut tidak cukup dibuka, dan banyak waktu terbuang hanya untuk menunggu mereka memutuskan untuk membukanya," katanya.
Baca juga: Israel Izinkan Geng Bersenjata Jarah Truk Bantuan di Gaza, Otoritas Palestina: IDF Malah Kutip Jatah
Petropoulos juga menyatakan bahwa wilayah Gaza Utara, dengan perkiraan 30.000 - 50.000 penduduk yang tersisa, terus mengalami banyak korban jiwa dan hancurnya seluruh lingkungan akibat pemboman.
Menanggapi hambatan berulang terhadap permintaan bantuan oleh Israel, Petropoulos berkata: "Sebagai pekerja kemanusiaan, kami tegas menentang perintah di mana dan bagaimana kami harus bekerja di Gaza. Kami harus menjangkau orang-orang di mana pun mereka berada."
Menanggapi pertanyaan Anadolu tentang apakah perkembangan di Suriah telah mengalihkan fokus internasional dari Gaza, Petropoulos mengakui adanya persaingan untuk mendapatkan perhatian di wilayah yang dilanda berbagai krisis.
"Yang dapat saya janjikan adalah bahwa dari tempat kami berada, kami akan memastikan bahwa informasi yang kami berikan terus menerus sering dan sepadan dengan krisis yang sangat akut ini," katanya.
Menekankan keadaan khusus Gaza, ia menekankan pembatasan ketat pada pergerakan.
"Perbedaannya dengan krisis kemanusiaan atau respons perang lainnya adalah bahwa orang-orang tidak bisa begitu saja meninggalkan Gaza. Semua yang kita miliki di Gaza terjadi karena seseorang di luar Gaza -- yang paling sering adalah pemerintah Israel -- memutuskan bahwa hal itu bisa terjadi di Gaza," katanya.
Petropoulos mendesak masyarakat internasional untuk tetap fokus pada Gaza, dan memperingatkan bahwa pengabaian dapat memperburuk situasi.
(oln/anews/anadolu/*)