Qatar menjadi negara kedua setelah Turki yang resmi membuka kembali kedutaannya di Damaskus.
Uni Eropa juga menunjukkan kesiapan untuk membuka kembali misi diplomatik di Suriah, meskipun dengan beberapa syarat terkait keamanan.
Selain itu, Prancis juga mengibarkan bendera di kedutaan besarnya di Damaskus meskipun mereka menyatakan bahwa misi diplomatik tersebut tetap ditutup selama kondisi keamanan belum memenuhi standar yang diinginkan.
Pembukaan kedutaan ini menandakan bahwa beberapa negara mulai mempertimbangkan kembali sikap mereka terhadap pemerintahan Suriah yang baru, meskipun masih banyak yang skeptis dengan masa depan negara tersebut.
Situasi Setelah Penggulingan Assad
Penggulingan Bashar al-Assad pada 8 Desember 2024 telah menciptakan kekosongan kekuasaan yang besar di Suriah.
Perang selama lebih dari 13 tahun menyebabkan kerusakan parah pada infrastruktur, krisis pengungsi yang besar, dan ekonomi yang hancur akibat sanksi internasional.
Sekarang, dengan pemerintahan baru yang dipimpin oleh al-Julani, Suriah berusaha membangun kembali negara yang telah hancur.
Situasi politik di Suriah masih sangat tidak stabil.
Pengaruh kelompok-kelompok radikal seperti HTS dan ketegangan dengan negara-negara internasional tetap menjadi tantangan besar bagi pemerintahan al-Julani.
Fokus utama pemerintah sementara adalah rekonstruksi dan pembangunan ekonomi, seperti yang diungkapkan al-Julani dalam beberapa kesempatan. Profil Asaad Hassan al-Shibani
Asaad Hassan al-Shibani adalah seorang politikus Suriah yang baru-baru ini ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri dan Ekspatriat dalam Pemerintahan Transisi Suriah setelah penggulingan Bashar al-Assad pada 21 Desember 2024.
Eram News melaporkan bahwa al-Shibani berasal dari keluarga Arab yang termasuk suku Banu Shayban di pedesaan timur Provinsi al-Hasakah.
Ia kemudian pindah ke Damaskus dan lulus dari Universitas Damaskus pada 2009 dengan gelar di bidang Bahasa dan Sastra Inggris.
Al-Shibani melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, meraih gelar Master dalam Ilmu Politik dan Hubungan Internasional dari Universitas Istanbul Sabahattin Zaim pada 2022 dan gelar Ph.D. di bidang yang sama pada 2024.
Saat ini, ia juga sedang menyelesaikan program MBA dari sebuah universitas Amerika.