TRIBUNNEWS.COM - Israel akhirnya mengakui bahwa pihaknya yang telah membunuh pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran pada Juli lalu.
Pengakuan tersebut diungkapkan oleh Menteri Pertahanan, Israel Katz pada Senin (23/12/2024).
"Kami akan melumpuhkan Houthi, merusak infrastruktur strategis mereka, dan kami akan memenggal kepala para pemimpin mereka sebagaimana yang telah kami lakukan terhadap Haniyeh, Sinwar, dan Nasrallah di Teheran, Gaza, dan Lebanon, kami akan melakukannya di Hodeidah dan Sana'a," jelas Katz, dikutip dari Al-Arabiya.
Ini adalah pertema kalinya Israel membuat pengakuan publik bahwa merekalah yang berada di balik pembunuhan Haniyeh.
Sebagai informasi, Haniyeh adalah politikus Palestina yang menjabat sebagai perdana menteri Otoritas Nasional Palestina selama lebih dari delapan tahun hingga 2014, dikutip dari Iran International.
Selain itu, Haniyeh juga menjabat sebagai sebagai Biro Politik Hamas dari Mei 2017 hingga pembunuhannya di Teheran.
Haniyeh dibunuh saat menghadiri pelantikan presiden baru negara itu yaitu Presiden Iran, Masoud Pezeshkian.
Haniyeh tiba di Teheran pada Selasa (30/7/2024).
Ia telah bertemu dengan Pezeshkian dan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.
Laporan Iran mengatakan bahwa serangan udara terjadi sekitar pukul 2 pagi waktu setempat.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas berduka atas kematian Haniyeh, yang menurutnya terbunuh dalam “serangan berbahaya Zionis di kediamannya di Teheran”.
Hamas mengatakan mereka yakin Haniyeh terbunuh, bersama salah satu pengawalnya, oleh serangan udara Israel di kediamannya.
Baca juga: Abu Obeida Sebut Israel Merasa Menang usai Bunuh Haniyeh dan Nasrallah: Bukti Kesombongan
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran, yang bertanggung jawab melindungi Haniyeh, mengatakan pada awal Agustus bahwa Haniyeh dibunuh dengan "proyektil jarak pendek dengan hulu ledak sekitar 7 kilogram".
"Tindakan ini dirancang dan dilaksanakan oleh rezim Zionis dan didukung oleh pemerintah kriminal Amerika," jelas IRGC.
Sementara media barat mengatakan bahwa Haniyeh terbunuh oleh alat peledak yang ditanam jauh-jauh hari di kamarnya, kemungkinan oleh agen yang direkrut oleh Mossad, badan intelijen Israel.
Sebuah laporan oleh The Telegraph mengatakan alat peledak itu ditempatkan di tiga kamar terpisah di wisma tamu, yang menunjukkan operasi yang direncanakan dengan sangat cermat.
Saat itu, tidak ada yang langsung mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan itu tetapi kecurigaan langsung tertuju pada Israel.
Haniyeh tinggal di pengasingan dan membagi waktunya antara Turki dan Qatar.
Dia telah melakukan misi diplomatik ke Iran dan Turki selama perang, bertemu dengan Presiden Turki dan Iran.
(Tribunnews.com/Farrah)
Artikel Lain Terkait Ismail Haniyeh