TRIBUNNEWS.COM - PPI Swedia Kabinet Rumah Kita menggelar diskusi daring bertema Kebijakan Transportasi Indonesia dan Swedia, Jumat (20/12/2024).
Diskusi ini menghadirkan Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. Dr-Techn. Ir. Danang Parikesit, M.Sc (Eng.), IPU., APEC Eng., seorang pakar transportasi.
Diskusi ini berfokus pada perbandingan kebijakan transportasi kedua negara dan menjadi ajang pembelajaran penting bagi Indonesia dalam meningkatkan kebijakan transportasinya, dengan mengambil inspirasi dari Swedia yang memiliki sistem transportasi umum yang sangat mapan.
Perbandingan Kebijakan Transportasi Indonesia dan Swedia
Swedia telah berhasil mengembangkan sistem transportasi umum yang terintegrasi, ramah lingkungan, serta berorientasi pada keberlanjutan.
Kebijakan transportasi Swedia berfokus pada empat pilar utama:
- Rethink (memikirkan kembali kebutuhan transportasi),
- Optimize (mengoptimalkan sistem yang sudah ada),
- Repurpose (memanfaatkan kembali infrastruktur yang ada), dan
- Build New (membangun infrastruktur baru sebagai opsi terakhir).
Di Indonesia, tantangan kebijakan transportasi masih terpusat pada pemenuhan kebutuhan dasar.
Oleh karena itu, pembangunan infrastruktur baru (Build New) menjadi prioritas utama.
Namun, tantangan besar seperti biaya logistik yang tinggi, efisiensi investasi yang rendah (terlihat dari ICOR yang tinggi), serta rendahnya minat terhadap transportasi umum masih menjadi kendala.
Rasio pengeluaran masyarakat Indonesia untuk transportasi, yang mencapai 20-25 persen dari pendapatan, juga jauh lebih tinggi dibandingkan negara maju, yang rata-rata hanya 5 persen.
Tantangan dan Peluang Kebijakan Transportasi Indonesia
Menurut diskusi tersebut, transportasi umum di Indonesia masih menghadapi tantangan besar dalam menarik pengguna kendaraan pribadi.
Data menunjukkan bahwa angka penggunaan transportasi umum terlihat tinggi karena mencakup layanan taksi dan ojek online.
Namun, jika layanan tersebut tidak dihitung, angka sebenarnya lebih rendah.
Kebijakan yang mendukung pengembangan sistem transportasi umum yang terintegrasi sangat diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan jumlah pengguna transportasi umum.
Elektrifikasi kendaraan di Indonesia, yang diharapkan bisa menjadi salah satu solusi menuju net-zero emissions, disebut hanya sebagai solusi parsial.