“Dengan sebuah rudal, kalian menekan tombol, mengirimnya, dan pergi tidur. Rudal akan membereskan yang lainnya. Angkatan udara tidak bekerja seperti itu. Hampir tiga jam untuk berangkat, tiga jam kembali.”
Baram juga mengomentari serangan terbaru Israel ke Bandara Sanaa di Yaman. Menurutnya serangan itu sangat efektif karena merusak menara kendali sehingga menyusahkan pendaratan pesawat angkut Iran.
Meski demikian, dia berkata pesawat masih bisa mendarat. “Tetapi akan sangat susah, itu akan problematis.”
Houthi ‘The Last Man Standing’
Seth J. Frantzman, seorang analis di Jerusalem Post, menyebut Houthi sebagai the last man standing atau pihak terakhir yang masih bertahan dalam kelompok Poros Perlawanan yang dipimpin Iran.
Berbeda dengan Houthi, Hizbullah sebagai salah satu anggota poros itu sudah sepakat untuk melakukan gencatan senjata dengan Israel.
“Houthi yang didukung Iran tampaknya sendirian dalam upaya menyerang Israel karena Iran dan kelompok proksi Iran lainnya telah melemah,” kata Frantzman pertengahan bulan ini.
“Mereka belum mengalami kemunduran besar sejak memulai serangan mereka terhadap Israel dan kapal-kapal setelah serangan Hamas tanggal 7 Oktober.”
Baca juga: Balas Serangan Israel, Houthi Yaman Tembakkan Rudal ke Bandara Tel Aviv
Dia mengklaim Houthi bisa melancarkan serangan jauhnya kemudian bersembunyi di gunung-gunung sekitar Sanaa, Yaman.
Serangan Houthi itu sampai membuat sekutu dekat Israel, AS, harus campur tangan.
AS menjalankan Operasi Penjaga Kemakmuran pada bulan Desember 2023 guna melawan serangan Houthi terhadap kapal-kapal dagang di Laut Merah. Operasi AS itu tidak membuahkan kesuksesan besar.
Adapun Israel menyebut serangan Houthi sebagai salah satu front dalam perang perang tujuh front.
Serangan rudal dan drone Houthi terus berlanjut, bahkan ketika Hamas dilaporkan didera kemunduran di Gaza dan Hizbullah sepakat untuk mengadakan gencatan senjata dengan Israel.
“Rezim mantan Presiden Suriah Bashar al-Assad telah tumbang. Milisi di Irak yang didukung Iran juga saat ini tampaknya telah berhenti menyerang Israel,” kata Frantzman.
(Tribunnews/Febri)