News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Militer Israel Akui Angka Bunuh Diri Personel IDF Melonjak, Ratusan Tentara Tewas Selama 2024

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Seorang tentara Israel menyandarkan kepalanya di laras senapan howitzer artileri gerak sendiri ketika tentara Israel mengambil posisi di dekat perbatasan dengan Gaza di Israel selatan pada 9 Oktober 2023. Terkejut dengan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya di wilayahnya, Israel yang berduka telah memperhitungkan lebih dari 1000 orang tewas dan melancarkan rentetan serangan di Gaza yang telah meningkatkan jumlah korban tewas di sana menjadi 493 menurut para pejabat Palestina. (JACK GUEZ / AFP)

Sementara itu, Haaretz pada bulan Desember 2023 menyebut sebanyak 18 persen dari tentara Israel yang ikut dalam serangan di Gaza mengalami masalah kesehatan mental.

Salah seorang dari mereka ada yang tiba-tiba bangun dari mimpi buruk lalu menembakkan senjata.

Jumlah tentara Israel yang tewas

IDF mengklaim jumlah tentara Israel yang tewas sejak perang meletus ialah 822 personel.

Sebanyak 390 di antaranya tewas sejak operasi militer Israel di Gaza. Adapun korban luka mencapai 5.524 tentara.

Di sisi lain, warga Palestina yang tewas karena serangan Israel kini mencapai lebih dari 45.000 orang. Sebagian besar dari mereka adalah wanita dan anak-anak.

Israel Juga Krisis Penduduk

Buntut perang yang kian memanas antara militer IDF dan Hamas beserta sekutunya, lebih dari 82.000 warga Yahudi meninggalkan negara Israel sepanjang tahun 2024.

Biro Pusat Statistik Israel mengatakan bahwa 82.700 orang meninggalkan Israel pada 2024. Jumlah ini melonjak dari sekitar 55.000 pada tahun sebelumnya.

Sementara itu, hanya ada 23.800 orang yang kembali ke negara tersebut di periode yang sama.

“Angka resmi menunjukkan lebih dari 82.000 warga Israel telah meninggalkan negara itu pada tahun 2024 di tengah perang genosida Tel Aviv di Jalur Gaza,” kata Biro Pusat Statistik Israel  dikutip dari Anadolu.

Imbas eksodus massal itu, pertumbuhan penduduk Israel turun 1,1 persen pada tahun 2024.

Angka itu turun dari 1,6 persen apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Ini jadi perlambatan pertama yang tercatat sejak tahun 2020 selama pandemi Covid-19.

Tak hanya itu, dampak dari kaburnya penduduk Israel dalam jumlah luar biasa itu juga berisiko membalik demografi di wilayah tersebut.

Gambarannya, saat ini ada sekitar 7,7 juta imigran Yahudi dari Eropa dan Timur Tengah di seantero wilayah Palestina yang kini menjadi wilayah Israel. Sementara itu, total populasi penduduk asli Palestina sekitar 7,5 juta. 

Biro Pusat Statistik Israel mencatat eksodus massal tahun ini mulai melonjak pada Juli lalu, dimana jumlah warga Israel yang meninggalkan negaranya secara permanen meningkat 285 persen setelah tanggal 7 Oktober 2023.

Itu menunjukkan peningkatan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada Oktober 2023 dibandingkan periode yang sama tahun 2022.

Laporan terbaru mengenai eksodus warga Israel membenarkan data yang diterbitkan dua bulan setelah serangan 7 Oktober yang menunjukkan bahwa hampir setengah juta orang meninggalkan Israel.

Warga Israel Ogah Terlibat Perang

Biro tersebut tidak merinci alasan kepergian warga Israel tersebut.

Baca juga: Israel Sembunyikan 198 Jenazah Warga Palestina, LSM: Terdokumentasi Kuburan Berbatuan

Namun, laporan media lokal Israel menyebut eksodus atau perpindahan massal ini terjadi akibat perang yang tak berkesudahan yang memicu datangnya roket dari Lebanon, Jalur Gaza, dan Yaman.

Data dari CBS menunjukkan bahwa banyak warga Israel yang memiliki pilihan untuk memiliki rumah kedua di luar negeri memilih untuk pindah pada saat konflik meningkat, mencari keamanan dan stabilitas di tempat lain.

Tren ini sangat kontras dengan klaim yang dibuat oleh para pendukung Zionisme yang berpendapat bahwa Israel adalah tempat perlindungan utama bagi orang-orang Yahudi di seluruh dunia.

Banyak dari warga Israel mengatakan mereka ingin hengkang karena mereka kecewa dengan cara pemerintah menangani perang di Gaza.

40.000 Perusahaan Gulung Tikar 

Tak hanya memicu eksodus, perang yang semakin memanas membuat lebih dari 40.000 perusahaan Israel bangkrut dan gulung tikar sejak pecahnya perang pada 7 Oktober 2023.

Menurut laporan surat kabar Israel Maariv perusahaan yang terdampak  77 persen berasal dari usaha kecil diantaranya bisnis konstruksi dan industri seperti keramik, AC, aluminium, dan bahan bangunan.

Perang yang terus memanas juga membuat sektor perdagangan, termasuk fesyen, furniture dan peralatan rumah tangga, serta sektor jasa, termasuk kafe, hiburan dan jasa hiburan, serta transportasi juga ikut terkena dampaknya.

Selain banyaknya perusahaan yang tutup, aktivitas korporasi di berbagai sektor juga menurun drastis sejak dimulainya perang.

 EO perusahaan informasi bisnis CofaceBDI, Yoel Amir mengonfirmasi bahwa dalam jajak pendapat terkini, sekitar 56 persen manajer perusahaan komersial di Israel mengatakan telah terjadi penurunan signifikan dalam upaya kegiatan mereka sejak dimulainya perang.

Ia menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan Israel menghadapi saat ini tengah menghadapi tantangan yang sangat sulit.

Hal ini diperparah dengan adanya kekurangan tenaga kerja, penurunan penjualan, masalah transportasi dan logistik, kekurangan bahan baku, ditambah dengan munculnya masalah lonjakan suku bunga tinggi dan biaya pembiayaan tinggi.

Apabila permasalahan ini terus terjadi dan tak segera diatasi dengan bijak, para analis memprediksi bahwa pada akhir tahun 2024, sekitar 60.000 perusahaan di Israel akan tutup permanen.

Ekonomi Israel Diambang Kehancuran

Konflik Israel vs Hizbullah juga membuat negara Zionis ini perlahan mengalami kerugian finansial. Diantaranya pengeluaran pemerintah dan defisit anggaran yang melonjak,

Tercatat selama beberapa bulan terakhir,  anggaran militer Israel mengalami pembengkakan sebesar  582 miliar shekel atau sekitar 155 miliar dolar AS untuk digunakan membeli perlengkapan dan alat tempur serta membiayai perekrutan tentara cadangan yang akan dikirim ke Gaza.

Dampaknya perekonomian Israel kini berada di ambang kehancuran, sejak Oktober hingga Juli kemarin defisit atau pengeluaran negara membengkak mencapai 8,1 persen  jadi 8,5 miliar shekel atau naik 2,2 miliar dolar AS dari produk domestik bruto (PDB).

Angka tersebut melesat jauh dari target defisit Israel di tahun 2024 yang hanya dipatok 6,6 persen.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini