TRIBUNNEWS.COM - Media pemerintah Korea Utara, Rodong Sinmun, baru-baru ini melaporkan situasi pemakzulan terhadap Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol.
Laporan ini memberikan gambaran mendalam tentang perkembangan politik yang terjadi di Korea Selatan, khususnya terkait dengan surat perintah penangkapan yang dikeluarkan untuk Yoon Suk Yeol.
Apa yang Terjadi pada Pemakzulan Yoon Suk Yeol?
Pada 14 Desember 2024, Majelis Nasional Korea Selatan mengambil langkah besar dengan memakzulkan Yoon Suk Yeol.
Tidak lama setelah itu, pada 27 Desember, pemakzulan juga ditujukan kepada mantan penjabat Presiden Han Duck Soo.
Selanjutnya, pada 31 Desember, surat perintah penangkapan untuk Yoon resmi diterbitkan dan diserahkan kepada Kantor Investigasi Korupsi untuk Pejabat Tinggi (CIO).
Hal ini menandakan adanya konflik yang semakin memburuk antara partai berkuasa dan oposisi di Korea Selatan.
Rodong Sinmun melaporkan bahwa situasi ini ditandai dengan unjuk rasa yang dilakukan baik untuk mendukung maupun menentang langkah-langkah pemakzulan tersebut.
Surat kabar tersebut juga mencatat bahwa Yoon telah mengirim surat kepada para pendukungnya yang menunjukkan ketidakpuasan terhadap situasi saat ini.
Mengapa Korea Utara Mengangkat Isu Ini?
Dilansir dari Korea JoongAng Daily, laporan dari Pyongyang tidak hanya berfokus pada fakta-fakta kejadian, tetapi juga dianggap sebagai upaya untuk menyoroti kekacauan politik di Korea Selatan sambil memamerkan stabilitas politik yang ada di Korea Utara.
Tindakan ini mungkin bertujuan untuk menanamkan persepsi negatif tentang Korea Selatan di benak masyarakat domestik dan internasional.
Rodong Sinmun mencatat bahwa sejak deklarasi darurat militer pada 3 Desember, berbagai insiden tak terduga mulai terjadi di Korea Selatan.
Dalam laporan tersebut, media Korea Utara ini mengeklaim bahwa pemimpin mereka, Kim Jong-un, telah menekankan stabilitas politik dan keunggulan kelembagaan di Korea Utara.
Apa Kritik yang Diajukan Terhadap Demokrasi Korea Selatan?
Laporan Rodong Sinmun menyoroti kritik terhadap sistem demokrasi Korea Selatan yang dianggap semakin tidak stabil.
Media tersebut mengeklaim bahwa meskipun Korea Selatan mengeklaim sebagai negara demokrasi liberal, situasi terkini menunjukkan kegagalan dalam sistem tersebut.
Ini menjadi argumen bagi Korea Utara untuk membandingkan situasinya yang stabil dengan kekacauan yang terjadi di Seoul.
Bagaimana Respons Yoon Suk Yeol terhadap Pemakzulan?
Tim hukum Yoon Suk Yeol menyatakan bahwa surat perintah penangkapan yang dikeluarkan untuknya adalah ilegal dan tidak sah.
Pihak kepolisian, di sisi lain, memberikan peringatan bahwa jika Pasukan Pengamanan Presiden atau pendukung Yoon mencoba menghalangi proses penangkapan, mereka akan dikenakan tindakan hukum.
Yoon memiliki kekebalan presiden yang biasanya melindunginya dari penuntutan, tetapi kekebalan ini tidak berlaku untuk tuduhan serius seperti pengkhianatan atau pemberontakan, yang terkait dengan deklarasi darurat militer yang dilakukannya pada 3 Desember.
Apa yang Terjadi Selanjutnya di Sidang Mahkamah Konstitusi?
Kebuntuan antara tim penyidik dan Pasukan Pengamanan Presiden terus berlangsung.
Meskipun Yoon Suk Yeol telah ditetapkan sebagai tersangka, pihak investigasi memutuskan untuk menunda pelaksanaan surat perintah penahanan pada 31 Januari 2025, setelah terjadi kebuntuan dengan pasukan kepresidenan.
Sidang Mahkamah Konstitusi yang akan datang akan menentukan nasib Yoon—apakah ia akan dicopot dari jabatannya atau diizinkan untuk kembali.
Apakah Ada Berita Lain dari Korea Utara?
Di tengah berita politik yang berkembang, Rodong Sinmun juga melaporkan bahwa Kim Jong-un bertemu dengan tim sepak bola nasional wanita Korea Utara yang baru-baru ini memenangkan Piala Dunia Wanita U17.
Pertemuan ini menunjukkan usaha Kim untuk membangun citra positif dalam konteks sosial dan politik di dalam negeri.
Laporan dari Korea Utara mengenai pemakzulan Yoon Suk Yeol mengungkapkan berbagai dinamika politik yang terjadi di Korea Selatan.
Sementara Rodong Sinmun berusaha menunjukkan stabilitas politik Korea Utara, situasi di Selatan justru menyoroti ketidakpastian dan kekacauan yang menyertai proses demokrasi di negara tersebut.
Pengamatan terhadap perkembangan ini menjadi penting, tidak hanya untuk memahami situasi dalam negeri, tetapi juga dampaknya terhadap hubungan antar negara di kawasan.
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).