Makan Bergizi Gratis (MBG) yang menjadi program andalan Presiden Prabowo Subianto akan dimulai perdana pada Senin (06/01) di 26 provinsi di Indonesia.
Juru bicara Istana, Adita Irawati, mengatakan MBG akan menyasar sekitar 600.000 orang di wilayah perkotaan dan kabupaten yang sudah pernah menjalankan uji coba dalam beberapa bulan terakhir.
Angka itu sedianya jauh dari target awal Badan Gizi Nasional yang menyasar 3 juta anak di tiga bulan pertama.
Sejumlah pengamat menilai tak tercapainya target itu lantaran perencanaannya terlalu "tergesa-gesa" alias tidak matang.
Misalnya proses penyediaan bahan baku, memasak, hingga distribusi ke pihak yang dituju. Kemudian menu yang disajikan, syarat mitra jasa boga yang diajak kerjasama, siapa pihak yang akan mengawasi, termasuk kontroversi keterlibatan TNI.
Pendiri Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (Cisdi), Diah Saminarsih, mengatakan semua hal itu patut diselesaikan terlebih dahulu.
Lantas seperti apa persiapan para mitra jasa boga dalam menyiapkan makan bergizi gratis perdana ini dan mengapa ada yang memilih mundur?
Konsep yang berubah-ubah
Sebelum berubah nama menjadi Makan Bergizi Gratis (MBG), Prabowo Subianto dan pendampingnya Gibran Rakabuming Raka menggaungkannya sebagai "makan siang gratis" sejak masa kampanye Pilpres 2024 lalu.
Berulang kali Prabowo mengucapkan janji makan siang gratis ketika debat calon presiden dan kampanye akbarnya.
Di hadapan ratusan ribu pendukungnya, dia menyebut pihak yang menentang program ini sebagai pihak yang tidak masuk akal.
"Orang-orang yang tidak setuju mungkin sebaiknya memperbaharui pengetahuannya, mereka yang tidak setuju anak-anak Indonesia diberi makan siang, sangat tidak masuk akal," ucap Prabowo.
Kala itu, tim kampanye Prabowo-Gibran memperkirakan kebutuhan anggaran makan siang gratis sebesar Rp450 triliun per tahun dengan asumsi harga satu porsi makanan Rp15.000.
Program ini akan diberikan setidaknya kepada 83 juta penerima.