"Panel ini hanya tergeletak dan Anda mungkin harus membersihkannya dari waktu ke waktu. Namun, secara operasional panel ini tidak serumit CSP yang memiliki cermin yang perlu disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang sebenarnya," kata Richard Thonig, peneliti yang berfokus pada CSP di Helmholtz Centre Potsdam, kepada DW.
Seluruh bidang cermin harus disesuaikan dengan cermat untuk melacak pergerakan matahari sehingga cahaya dipantulkan dengan tepat. Hal ini memungkinkan untuk mengendalikan suhu cairan yang bersirkulasi melalui sistem.
Awan yang menutupi matahari dapat mempersulit proses ini, tetapi penting untuk melakukannya dengan benar.
"Garam cair sulit digunakan karena jika terjadi kesalahan dan turun di bawah titik lelehnya, maka Anda tidak lagi memiliki garam cair, Anda memiliki garam padat. Dan kemudian pipa Anda penuh dengan garam padat dan ini sangat sulit untuk diatasi," kata Chase.
Ceruk pasar untuk CSP
Namun begitu, CSP memiliki sebuah keuntungan besar dibanding fotovoltaik, yakni keleluasaan memproduksi listrik di malam hari.
Karena garam cair yang digunakan di dalam CSP bisa menyimpan panas dan hanya mendingin sekitar 1 derajat Celsius per hari. Artinya, garam yang dipanaskan hari ini, masih bisa digunakan untuk menggerakkan turbin keesokan hari.
Hal ini berguna untuk menstabilkan suplai saat matahari terbenam atau saat terjadi lonjakan konsumsi.
Kemampuan untuk menyimpan energi dan mengubahnya menjadi listrik sepanjang waktu dapat memberi CSP keunggulan baru.
"Masa depan CSP beralih ke ceruk yang berbeda. Jika dulunya CSP merupakan teknologi listrik seperti angin dan fotovoltaik, sekarang ia menjadi teknologi penyimpanan," kata Thonig.
Hal ini pula yang menjadi alasan di balik popularitas dadakan CSP di Cina. Di banyak provinsi, pemerintah mewajibkan kapasitas penyimpanan energi sebesar 10 persen pada taman energi terbarukan berkapasitas lebih dari 1 GW
Pemerintah Cina juga maklumat untuk mendukung "pengembangan tenaga surya termal berskala besar dan terindustrialisasi".
Idenya sederhana, yakni mendapatkan yang terbaik dari kedua dunia. Pada siang hari, panel surya fotovoltaik memasok listrik murah, sementara pabrik CSP memanaskan garam cair. Pada malam hari, ketika panel surya tidak dapat menghasilkan listrik, panas yang tersimpan di pabrik CSP dapat dimanfaatkan untuk menyalurkan listrik.
Menjembatani kesenjangan malam ini telah menjadi tantangan besar bagi energi terbarukan, dan CSP, bersama dengan teknologi lain seperti baterai, dapat menjadi bagian dari solusinya.
Inisiatif Beijing dapat mengembalikan CSP sampai batas tertentu karena Cina menguasai rantai suplai yang dapat menekan harga.