News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Konflik Palestina Vs Israel

Perjudian Otoritas Palestina di Tepi Barat: Dimusuhi Israel, Dibenci Bangsa Sendiri

Penulis: Hasiolan Eko P Gultom
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Personel keamanan Otoritas Palestina di Jenin, Samaria utara, Tepi Barat yang diduduki Israel pada 16 Desember 2024.

Perjudian Otoritas Palestina di Tepi Barat: 16 Personel Tewas, Dimusuhi Israel, Dibenci Bangsa Sendiri

TRIBUNNEWS.COM - Otoritas Palestina (PA), yang mengelola pemerintahan di sebagian Tepi Barat yang diduduki Israel, seperti mengalami situasi ironis.

Aksi represif personel keamanannya di Tepi Barat terhadap bangsa Palestina sendiri justru menjadi bumerang bagi organisasi tersebut yang bahkan mengancam eksistensinya.

Toh, kontrol keras (PA) terhadap warga Palestina di Tepi Barat tidak sepenuhnya 'merebut' hati Israel.

Baca juga: Memahami Logika Bertindak Otoritas Palestina Perangi Bangsa Sendiri di Operasi Jenin di Tepi Barat

Mereka bahkan dimusuhi dan dicurigai oleh entitas Zionis justru sebagai suporter kelompok perlawanan Palestina.

Sebagai catatan, PA adalah organisasi hasil kesepakatan di Oslo antara Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dengan Israel.

Kesepakatan itu menyatakan, Israel bersedia mendukung PA untuk memegang kendali pemerintahan dalam menciptakan ketertiban di Tepi Barat yang diduduki.

Namun, belakangan sejumlah entitas Israel menuduh PA justru bagian dari kelompok perlawanan Palestina terhadap Israel.

LSM Israel Regavim, yang didirikan untuk perlindungan tanah dan sumber daya negara pendudukan itu, merilis laporan ekstensif pada 2 Januari 2025 yang menyoroti keterlibatan anggota Pasukan Keamanan Otoritas Palestina (Palestine Authority Security Forces/PASF) dalam penyerangan yang menargetkan warga Israel.

"Tidak kurang dari 16 anggota PASF tewas saat menyerang warga dan tentara Israel, demikian terungkap dalam laporan berjudul “Petugas di Siang Hari—Teroris di Malam Hari” seperti dilansir JNS, dikutip Kamis (9/1/2025).

Lebih dari 80 orang tewas, terluka, atau ditangkap antara tahun 2021 dan 2023 saat terlibat dalam aksi penyerangan serupa, tambah laporan tersebut.

Baca juga: Perang Saudara Antar-Palestina di Jenin: Pasukan Otoritas Palestina Tewas, PA Beraksi Bak Israel

Laporan LSM Israel Regavim yang menyatakan Otoritas Palestina terlibat dalam kelompok perlawanan. Sebagai catatan, entitas menyebut apapun yang mereka anggap sebagai kelompok perlawanan dan pembebasan Palestina sebagai aksi dan kelompok teror. (JNS)

“Keterlibatan Otoritas Palestina dalam mendorong dan mempromosikan aksi perlawanan melampaui tindakan kekerasan langsung (represif). PA secara terbuka 'meladeni' milisi yang tidak berada dalam daftar gaji PASF dengan menyediakan pengawal kehormatan bergaya militer dan pemakaman, khususnya bagi mereka yang berafiliasi dengan Hamas,” imbuh Regavim.

Sementara PASF menindak keras kelompok-kelompok perlawanan Palestina di kota-kota yang dikuasai PA, khususnya Jenin, para peneliti Regavim menyimpulkan kalau konfrontasi semacam itu sebenarnya adalah “sarana untuk mengonsolidasikan kekuatan dan legitimasi Otoritas Palestina sebagai alternatif terbaik untuk 'hari setelah' perang yang sedang berlangsung—di Yudea dan Samaria, serta di Gaza.”

Artinya, LSM Israel ini menilai PA tengah berjudi dengan aksi kekerasan terhadap bangsa Palestina sendiri demi mendapat kendali dan kontrol yang lebih luas nantinya pada apa yang disebut sebagai 'The Day After War', selesainya perang di Gaza.

Moshe Shmueli, direktur Divisi Lapangan Regavim dan seorang perwira tinggi di cadangan IDF yang sangat memahami masalah ini, berkata, “Operasi-operasi ini paling tepat digambarkan sebagai usaha untuk menutupi kekurangan—terlalu sedikit dan terlambat untuk dianggap serius. PASF bukanlah bagian dari solusi, mereka telah terlibat dalam perlawanan selama beberapa dekade, dan sandiwara baru-baru ini tidak mengubah DNA PASF.”

Laporan Regavim menyampaikan bahwa “PA memberi penghormatan kepada pejuang milisi Perlawanan yang gugur dari kelompok yang sama yang kini seolah-olah menjadi target kegiatan penegakan hukum [PA], dengan memberi nama jalan, alun-alun, bahkan sekolah dan program pendidikan dengan nama mereka, serta menanamkan warisan mereka dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

“Pemuliaan ini meluas ke ranah budaya dan pendidikan, di mana aksi perlawanan dipuji melalui musik, puisi, dan kurikulum sekolah, yang memengaruhi generasi berikutnya.

“Selain itu, program 'bayar untuk membunuh' PA menawarkan insentif finansial kepada personel milisi dan keluarga mereka, sehingga memberikan keuntungan ekonomi bagi tindakan terorisme.

"Pola perilaku ini tetap tidak berubah. Otoritas Palestina tidak hanya gagal menentang kelompok perlawanan, tetapi juga secara aktif mendukungnya," para peneliti LSM itu menyimpulkan.

PA Melindungi Dirinya sendiri

Maurice Hirsch, direktur Inisiatif Akuntabilitas dan Reformasi Otoritas Palestina di Pusat Keamanan dan Urusan Luar Negeri Yerusalem dan mantan direktur Penuntutan Militer di Yudea dan Samaria, mengomentari laporan LSM Israel tersebut.

Dia mengatakan, seperti dilansir JNS, “PASF telah memainkan peran utama dalam aksi serangan Palestina terhadap Israel selama lebih dari dua setengah dekade."

"Pejabat PA secara terbuka bersukacita atas fakta tersebut," katanya.

"Delusi Oslo tidak lebih dari sekadar pasukan polisi PA," imbuhnya.

Namun, PA "telah membangun pasukan perlawanan  yang besar. Pasukan itu didanai dan dilatih oleh AS dan Eropa.

"Meskipun PASF secara aktif berpartisipasi dalam perlawanan atau mengabaikan upaya organisasi perlawanan lain untuk menyerang Israel dan warga Israel, PASF hanya beraksi terhadap warga Palestina, seperti yang kita lihat di Jenin, ketika para faksi perlawanan Palestina tersebut mengancam pemerintahan diktator Fatah," kata Hirsch.

Anggota Knesset dari Partai Likud, Dan Illouz, mengatakan kepada JNS, “PA bukanlah mitra perdamaian—ia adalah rezim perlawanan yang mengenakan jas.

"'Pasukan keamanannya' tidak lebih dari teroris berlencana, yang membunuh warga Israel sambil berpura-pura memerangi ekstremisme. Ini bukan masalah sistem, ini sistemnya. Ini bukan infiltrasi, ini kebijakan,” kata dia.

"PA telah “memicu perlawanan (terhadap Israel), membayar gaji kepada para pembunuh, mengagungkan jihad, dan menghasut genosida terhadap orang Yahudi” selama beberapa dekade," tambahnya. 

“Cukup dengan ilusi—ini adalah pabrik kebencian, bukan negara masa depan,” katanya.

“Israel harus mengakhiri semua kerja sama, memutus semua pendanaan, dan menyingkapkan Otoritas Palestina sebagaimana adanya—bahaya nyata dan nyata bagi perdamaian,” kata Illouz. 

Desak Pembubaran PA

Naomi Kahn, direktur Divisi Internasional Regavim, mengatakan, "Sudah saatnya untuk berhenti hidup dalam dunia fantasi yang menganggap Otoritas Palestina sebagai 'kekuatan moderat,' 'mitra perdamaian,' 'alternatif yang sah' bagi pemerintahan Arab yang otonom di wilayah mana pun yang darinya perlawnaan dapat terus mengancam kehidupan warga negara Israel."

“Regavim telah memantau publikasi resmi Otoritas Palestina, di mana kebenaran yang tidak mengenakkan dinyatakan dengan jelas dan berulang kali di setiap kesempatan,” kata Kahn.

“PA tidak akan pernah berhenti mendanai, mendukung, dan berpartisipasi aktif dalam kekerasan terhadap warga Israel, dan tidak pernah mengabaikan alasan keberadaan PLO, pilar pendiri Otoritas Palestina: pemberantasan Negara Israel dan pembersihan etnis—melalui 'perlawanan' kekerasan lokal dan internasional—terhadap setiap orang Yahudi dari Timur Tengah.”

Oleh karena itu, pemerintah Israel “memiliki kewajiban moral untuk melemahkan kekuatan-kekuatan genosida ini, untuk melindungi kehidupan warga negara Yahudi dan non-Yahudi di Israel, untuk memerangi kekuatan-kekuatan jihadisme, dan untuk menegakkan kembali hak-hak historis, moral, politik untuk hidup, kebebasan, dan kedaulatan bagi orang-orang Yahudi di Tanah Israel,” kata Kahn.

MK Ohad Tal dari Partai Zionisme Religius mengatakan kalau dia setuju bahwa PA harus bubar atau dibubarkan.

“Fakta bahwa Otoritas Palestina dan para pejabatnya mendorong, mendukung, dan bahkan berpartisipasi dalam terorisme bukanlah hal baru. Oleh karena itu, seruan apa pun untuk memperkuat PA adalah seruan untuk menyebarkan perlawanan. Setelah 7 Oktober, kita sudah selesai membodohi diri sendiri—Otoritas Palestina harus dibubarkan!” kata Tal.

Pasukan Keamanan Otoritas Palestina (PA) melakukan tindakan represif terhadap demonstran Palestina yang menentang pendudukan Israel di Tepi Barat. (tangkap layar BBC)

Dibenci Bangsa Sendiri

Saat PA dimusuhi oleh entitas Israel, aksi represif mereka terhadap warga Palestina sendiri membuat mereka juga dibenci bangsanya sendiri.

Sejumlah analis dan tokoh pergerakan Pembebasan Palestina menyebut tindakan keras personel keamanan PA di Jenin adalah aksi sia-sia yang pada akhirnya akan menyebabkan kehancurannya, kata para analis dan orang dalam.

"Kampanye yang sedang berlangsung melawan kelompok bersenjata anti-pendudukan di kota Tepi Barat utara, yang telah menewaskan sedikitnya 16  warga Palestina  sejauh ini, pasti akan gagal apa pun hasilnya," kata seorang tokoh senior Fatah kepada Middle East Eye.

Berbicara dengan syarat anonim, ia menjelaskan kalau PA telah ditekan untuk mengabaikan keseimbangan antara melayani kebutuhan keamanan Israel dan mempertahankan legitimasi di antara rakyat Palestina.

Dengan menyerang Jenin, mereka secara efektif telah “meninggalkan kenetralan negatif mereka” terkait dengan perjuangan Palestina dan memilih berpihak pada Israel, sebagai imbalan untuk mempertahankan kekuasaan, katanya.

“Jika PA berhasil di Jenin, maka ia akan kehilangan pembenaran untuk eksis di antara orang-orang Palestina, dan jika gagal, maka ia akan kehilangan pembenaran untuk eksis dalam kaitannya dengan Israel,” imbuhnya. 

“Oleh karena itu, ia telah kalah dalam pertempuran di kedua front.”

Pada tanggal 5 Desember, PA melancarkan kampanye keamanan berskala besar di Jenin, yang melibatkan pengepungan kota, penembakan warga sipil tak bersenjata, dan bentrok dengan pejuang lokal. 

Pasukan PA telah menewaskan sedikitnya delapan warga Palestina di kota itu sejak peluncuran operasi, termasuk seorang ayah dan putranya minggu lalu.  

Setidaknya enam anggota pasukan keamanan PA juga tewas, termasuk beberapa dalam baku tembak dengan anggota kelompok bersenjata.  

PA mengatakan kampanye ini menentang “penjahat” dan bertujuan untuk memulihkan “hukum dan ketertiban”.

Pejuang anti-pendudukan mengatakan perjuangan mereka melawan Israel adalah sah. 

Baca juga: Eskalasi Berbahaya, Senjata Pasukan Otoritas Palestina Direbut Batalyon 313 Brigade Jenin

Personel keamanan Otoritas Palestina. Dalam beberapa pekan belakangan, Otoritas Palestina terlibat bentrokan bersenjata dengan sejumlah milisi perlawanan Palestina seperti Brigade Al-Quds di Jenin dan Brigade Martir Al-Aqsa. (khaberni/tangkap layar)

Preseden Berbahaya

Meskipun bentrokan berkala telah dilaporkan, kelompok bersenjata anti-pendudukan telah berulang kali menyatakan bahwa mereka menghindari pertempuran langsung dengan PA.

Namun, beberapa kelompok pada hari Senin mengatakan kesabaran mereka “habis”, termasuk pejuang yang berafiliasi dengan Fatah dan Hamas.

Baca juga: Ultimatum Brigade Al-Qassam dan Al-Aqsa di Jenin ke Otoritas Palestina: Kesabaran Kami Sudah Habis!

Hal ini karena PA telah mendorong orang-orang ke wilayah baru dengan membuat tindakan membunuh satu sama lain dapat diterima oleh warga Palestina, kata seorang aktivis politik yang berbasis di Nablus kepada MEE.

Aktivis tersebut, yang tidak mau disebutkan namanya karena takut akan tindakan balasan dari PA, menyebut hal ini sebagai “preseden berbahaya” yang ditetapkan oleh PA.

'Saya yakin orang-orang di Tepi Barat berada di ambang ledakan'

“Dulu, kami memang pernah mengalami perpecahan politik, tetapi sungguh tidak dapat diterima jika seorang Palestina membunuh warga Palestina lainnya,” jelasnya.

“Namun kini, pertumpahan darah Palestina telah dilegitimasi, dan ini akan membawa konsekuensi yang mengerikan di masa depan.”

Dengan membunuh sesama warga Palestina, PA juga menunjukkan kepada publik bahwa mereka berkolaborasi dengan pendudukan, tambahnya.

Hal ini semakin memicu rasa frustrasi publik terhadap PA, yang telah menyaksikan popularitasnya anjlok dalam beberapa tahun terakhir. 

Ditambah dengan kemarahan atas tindakan keras brutal terhadap para pengkritik kampanye Jenin, warga Palestina pada akhirnya akan mencapai titik puncaknya, ia memperingatkan.

"Saya yakin orang-orang di Tepi Barat berada di ambang ledakan."

Seorang perwira Otoritas Palestina memegang senjatanya saat pasukan keamanan melancarkan serangan di kamp pengungsi Jenin di Tepi Barat yang diduduki, 16 Desember 2024. (tangkap layar aljazeera/Majdi Mohammed/AP)

Awal dari Akhir

Salah satu tujuan utama kampanye PA adalah untuk membuktikan kepada Israel dan AS bahwa mereka dapat menguasai Gaza setelah perang, menurut Jamal Juma, seorang aktivis anti-permukiman.

Bulan lalu, Axios melaporkan bahwa serangan itu dipandang penting bagi masa depan PA, dengan Presiden Mahmoud Abbas ingin mengirim pesan kepada presiden terpilih AS Donald Trump bahwa ia mampu mengelola urusan Palestina.

Sejauh ini, otoritas Israel menyambut baik tindakan keras PA, dan saluran Israel Kan melaporkan bahwa tentara Israel mendorong serangan tersebut. 

Mengutip pernyataan pejabat senior militer Israel, Kan mengatakan bahwa tentara Israel telah mengadakan konsultasi dengan pejabat senior Palestina untuk mengoptimalkan aktivitas di kamp pengungsian.

“Semuanya dilakukan di bawah tekanan AS dan Israel,” kata Juma kepada MEE

“PA terpojok. 'Jika Anda ingin memainkan peran apa pun di Gaza setelah perang, kami ingin melihat apa yang dapat Anda lakukan terlebih dahulu di Tepi Barat'.”

Namun, menurut sumber Fatah, ini adalah sebuah kesalahan karena operasi tersebut kemungkinan akan gagal “karena alasan sederhana bahwa pendudukan akan selalu menghasilkan perlawanan”.

“Israel telah membunuh sekitar 350 orang di Jenin dalam dua tahun terakhir, dan pejuang baru bermunculan setiap hari,” jelasnya. 

Oleh karena itu, ia tidak yakin situasi akan berlanjut seperti di Jenin, di mana operasi akan gagal dan PA kehilangan legitimasinya.

“Ini adalah awal dari akhir bagi PA,” pungkasnya.

 

(oln/JNS/MEE/*)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini