Baihaqi, pria berpostur tubuh tinggi dan langsing adalah petani teladan dari Dusun Kertapati II, Desa Kertapati Mudik, Kec. Pagar Jati, Kabupaten Bengkulu Tengah, Bengkulu. Ia lahir di Kertapati 30 Agustus 1974 dari pasangan Abd. Munif dan almarhumah Rismawati. Ia sudah menikah dengan Lailatul Hijjah dan dikaruniai dua orang putera yang kini duduk di bangku SMP dan SD.
Menjadi petani adalah jalan hidup dan pilihannya, meski sebenarnya ada keinginan bekerja di sektor lain. Namun, ia menyadari dengan berbekal ijazah STM bangunan, rasanya mustahil bisa mendapat pekerjaan dengan upah tinggi, apalagi UMR daerah saat itu sangat rendah. Ia berpikiran tidak akan cukup memenuhi kebutuhan hidup layak bersama keluarga.
Orang tuanya adalah petani tulen dengan kepemilikan lahan yang lumayan luas untuk ukuran masyarakat di desanya, yaitu 9 ha lahan kering dan 1 ha lahan sawah. Namun, karena sistem bertaninya masih menerapkan cara tradisional, hasil yang diperoleh pun belum optimal.
Terbatasnya tenaga penyuluh pertanian dan akses informasi teknologi yang sulit didapat juga menjadi kendala berkembangnya sektor pertanian maupun perkebunan di wilayahnya.
Potensi lahan pertanian milik orang tuanya yang cukup luas menjadi peluang dan modal serta mempunyai prospek yang cukup baik. Kemudian ia bertekad penuh semangat kuat ingin memajukan pertanian maupun perkebunan di daerahnya. Maka, selepas tamat STM Kota Bengkulu tahun 1998, ia kembali ke desa membangun daerahnya.
Hal pertama yang ia lakukan adalah menggarap 0,5 ha tanah sawah dan lahan perkebunan milik orang tuanya dengan menerapkan teknologi yang dianjurkan. Dari tahun ke tahun, jerih payahnya mendapatkan hasil. Produksinya terus mengalami peningkatan baik dari hasil sawah maupun perkebunan.
Pada tahun 2004, Baihaqi dapat membeli 2 ha lahan kering dari hasil tabungannya yang sedikit demi sedikit ia kumpulkan. Lahan tersebut akhirnya ditanami kelapa sawit dan pada 2009 ia memanen dengan hasil yang cukup bagus dan mendapat harga jual yang cukup tinggi. Hal itu membuat ia memperluas lahan perkebunan sawitnya menjadi 2,5 ha.
Penghasilan bersihnya didapat dari hasil penanaman padi sawah, sawit dan karet, yaitu sekitar Rp 121.000.000/tahun. Bahkan saat ini, pemanfaatan lahan kering seluas 3 ha miliknya sudah dirintis dengan menanami tanaman sengon, walaupun belum waktunya panen.
Keberhasilannya itu tidak terlepas dari peran organisasi kelembagaan Kelompok tani (poktan). Atas kepentingan bersama dalam mewujudkan kerjasama yang baik, ia membentuk kelompok tani yang diberi nama Talang Harapan yang dibentuk tahun 2008 dan ia menjabat sebagai ketua. Karena dianggap berhasil dalam bertani dan memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat, ia juga dinobatkan sebagai ketua gabungan Kelompok Tani Bhineka yang berdiri sejak tahun 2012.
Keberhasilannya pun terus membuat banyak pihak tertarik, termasuk pemerintah. Tahun 2013, ia dipercaya memegang jabatan ketua Kelompok Masyarakat Pengawas (POKMASWAS) perikanan di bawah naungan Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Bengkulu Tengah.
Untuk membantu kelancaran berusaha tani, keberadaan koperasi mempunyai peran yang sangat strategis, terutama dalam memenuhi kebutuhan sarana produksi pertanian maupun kebutuhan lainnya terhadap anggota kelompok tani dan Gapoktan, di mana Baihaqi juga tercatat sebagai pengurus Koperasi Tani Bersatu.
Bersyukur kepada Allah SWT bahwa dengan bertani dapat merasakan betul kenikmatan yang ia peroleh: lahan terus bertambah, ekonomi keluarga meningkat, dan status sosial yang juga ikut terangkat.
Maka dari itu, pertanian tidak akan ia lepas selama hayat masih dikandung badan. Ia berkeinginan anak-anak sebagai penerus masa depannya dapat sekolah tinggi-tinggi, sehingga punya masa depan yang cerah untuk menopang kehidupan bersama keluarganya kelak. (adv)