TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Pertanian (Kementan) menggandeng 1800 peneliti untuk wujudkan kedaulatan pangan. Peneliti tersebut akan fokus pada peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyampaikan hal tersebut di acara sarasehan ke III Forum Komunikasi Profesor Riset Kementan di Bogor, Jawa Barat, Selasa (19/5).
Tiga komoditi tersebut, menurut Amran, telah menjadi prioritas yang memerlukan keterlibatan banyak pihak. “Tahun ini kita fokus untuk kedaulatan pangan, khususnya padi, kedelai dan jagung. Ini menjadi skala prioritas yang memerlukan keterlibatan banyak pihak, termasuk pakar yang sesuai ahlinya,” kata Amran.
Dalam acara tersebut, Mentan juga menyempatkan berdiskusi bersama para tenaga ahli dan profesor yang tergabung di Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan). “Kita memiliki banyak pakar dan tenaga ahli yang mumpuni. Semua dapat bergerak bersama-sama untuk mewujudkan pertanian yang berdaulat,” tambah Amran.
Kepala Balitbangtan Kementan, Haryono mengatakan saat ini telah terdapat 1800 peneliti di Balitbangtan, 121 di antaranya bahkan telah menyandang gelar profesor riset.
Ia menegaskan, pertemuan para peneliti dan profesor riset tersebut membicarakan penerapan teknologi dan inovasi untuk mewujudkan kedaulatan pangan.
“Balitbangtan menggerakkan seluruh peneliti dan profesor yang memiliki keahlian di bidangnya, seperti hortikultura, pertanian, perkebnunan dan peternakan,” ujar Haryono.
Nantinya para peneliti dan profesor riset tersebut akan turun ke lapangan, memberikan pendampingan, hingga mengontrol kebijakan pemerintah daerah, mulai dari penyediaan air, budi daya, panen hingga pasca panen.
Sarasehan ke III Forum Komunikasi Profesor Riset Kementerian Pertanian tersebut berlangsung selama tiga hari mulai dari Senin (18/5) sampai Rabu (20/5).
Di samping mengutarakan target kedaulatan pangan, dalam acara itu Menteri Pertanian juga menyampaikan berbagai persoalan yang sedang dihadapi sektor pertanian. Mulai dari irigasi, alat dan mesin pertanian, ketersediaan benih, distribusi pupuk, serta keberadaan penyuluh.
Selain itu, Mentan juga menyampaikan berbagai program di Kementerian Pertanian. Salah satu yang menjadi fokus adalah “Food Estate” yang diterapkan di wilayah timur Indonesia. (advertorial)