News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Upaya Kementan Kendalikan Serangan OPT, Banjir dan Kekeringan pada Tanaman Padi

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Menteri Pertanian Amran Sulaiman saat mengecek padi yang akan dijadikan benih bermutu di Merauke, 10 Mei 2015 lalu.

TRIBUNNEWS.COM – Di tengah keseriusan mewujudkan kedaulatan pangan khususnya pada komoditi padi melalui program Upaya Khusus (Upsus), Kementerian Pertanian (Kementan) terus melakukan berbagai upaya pengendalian terhadap serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan penanganan terhadap bencana banjir dan kekeringan.

Dengan demikian, lahan padi petani dapat terjaga, atau bahkan tingkat produksinya terus meningkat.

Upaya yang dilakukan Kementan di antaranya melakukan pengendalian OPT utama pada tanaman padi seluas 362.617 Ha, mengirim surat peningkatan kewaspadaan, antisipasi, dan perkiraan awal Musim Kering (MK) tahun 2015 kepada Gubernur seluruh Indonesia.

Selain itu, dilakukan juga realisasi pelaksanaan penerapan PHT skala luas pada tanaman padi sampai bulan Mei 2015 sebanyak 1 unit (10 Ha) atau mencapai 4 persen dari rencana awal sebanyak 25 unit (250 Ha).

"Tak hanya itu, Kementan juga meningkatkan koordinasi dengan instansi terkait, serta melakukan monitoring dan evaluasi rutin terhadap perkembangan luas serangan OPT, banjir, dan kekeringan. Lebih jauh, guna mewujudkan daulat benih atau mengurangi ketergantungan benih di antara daerah, Kementan juga melakukan penyerahan Cadangan Benih Nasional (CBN)," ujar Plt. Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Pending Dadih Permana dalam siaran persnya, Kamis (21/5/2015).

Berdasarkan laporan Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Provinsi seluruh Indonesia yang diterima Kementan 7 Mei 2015, pada Musim Hujan (MH) 2014/2015 (Oktober-Maret), luas lahan padi yang mengalami puso karena serangan serangan OPT, banjir dan kekeringan seluas 358 Ha.

"Dengan kata lain, sebesar 0,03 persen dari luas tanam sebesar 1.397.931 hektare," ujarnya.

Lebih lanjut Dadih Permana menjelaskan, luas puso tertinggi pada periode tersebut disebabkan banjir yakni seluas 342 Ha atau sebesar 0,41 persen dari luas tanam 1.397.931 Ha. Semua itu terjadi terutama di Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Sumatera Barat.

Kemudian puso yang diakibatkan kekeringan seluas 15 Ha atau sebesar 0,001 persen dari luas tanam 1.397.931 Ha. Itu terjadi di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD).

"Sedangkan puso yang disebabkan karena OPT yakni seluas 1 ha atau 0,00 persen dari luas tanam 1.397.931 ha yang terjadi di Provinsi Jawa Timur," tambahnya.

Sementara itu, pada Musim Kemarau (MK) 2014 yang berlangsung April hingga September, luas areal padi yang mengalami puso karena serangan OPT, banjir dan kekeringan seluas 40.448 Ha atau sebesar 0,50 persen dari luas tanam 8.043.639 Ha.

Adapun luas puso terbesar pada periode tersebut disebabkan banjir yang mencapai luas 34.221 Ha  atau sebesar 0,43 persen dari luas tanam 8.043.639 Ha. Itu terjadi pada bulan Desember di Provinsi NAD, Jawa Timur dan Banten.

Selanjutnya, puso yang disebabkan karena kekeringan mencapai luas 5.890 Ha atau sekitar 0,07 persen dari luas tanam 8.043.639 Ha. Luas puso terbesar akibat kekeringan terjadi pada bulan Oktober di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Jawa Tengah.

"Sedangkan puso karena OPT seluas 337 Ha atau sekitar 0,004 persen dari luas tanam 8.043.639 Ha terjadi pada bulan Desember di Provinsi Jawa Tengah, Sumatera Barat dan Banten," paparnya.

Untuk informasi, pada tahun 2015 yang berlangsung pada bulan Januari hingga April, luas areal padi yang mengalami puso karena serangan OPT, banjir dan kekeringan mencapai 13.677 Ha atau sekitar 0,27 persen dari luas tanam 4.991.038 Ha.

Luas puso terbesar pada periode tersebut disebabkan banjir. Luasnya mencapai 13.518 Ha  atau 0,27 persen dari luas tanam 4.991.038 Ha. Luas puso terbesarnya terjadi pada Februari terutama di Provinsi Banten, Jawa Timur, dan Lampung.

Kemudian, puso yang disebabkan karena OPT seluas 86 Ha atau 0,002 persen dari luas tanam 4.991.038 ha. Puso terbesarnya terjadi di bulan Februari terutama di Provinsi Gorontalo, Jawa Timur, dan Sulawesi Utara.

“Terakhir, puso disebabkan karena kekeringan seluas 73 hektare atau 0,0001 persen dari luas tanam 3.593.107 Ha. Di mana luas puso terbesarnya pada bulan Maret yang terjadi di Provinsi NAD dan Sumatera Utara,” jelas Dadih. 

Sebagai data pembanding, lanjut Dadih, luas areal padi yang terkena puso karena OPT, banjir dan kekeringan tahun 2014 pada periode Januari-Desember seluas 178.892 Ha dari luas tanamnya 13.569.481 Ha. Adapun luas puso terbesar pada periode tersebut disebabkan banjir yang mencapai luas 141.045 Ha. Di mana luas puso terbesarnya terjadi di bulan Januari terutama di Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah, dan NAD.

Puso yang disebabkan karena kekeringan seluas 35.423 Ha, di mana luas puso terbesarnya terjadi pada bulan September terutama di Provinsi Kalimantan Barat, Aceh, dan Jawa Tengah. Selanjutnya, puso karena OPT mencapai luas 2.424 Ha, di mana luas puso terbesarnya terjadi pada bulan Juli terutama di Provinsi Jawa Tengah, Sumatera Selatan dan Banten. (advertorial)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini