News

Bisnis

Super Skor

Sport

Seleb

Lifestyle

Travel

Lifestyle

Tribunners

Video

Tribunners

Kilas Kementerian

Images

Yulia Fitriana, Sosok Penyuluh Pertanian yang Hadirkan Perubahan

Penulis: Sponsored Content
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

TRIBUNNEWS.COM – Masih kurangnya perhatian terhadap sosok penyuluh pertanian di Indonesia memang masih terjadi di beberapa daerah. Seringkali penyuluh pertanian belum berhasil memajukan petani karena terkendala berbagai permasalahan.

Permasalahan tersebut bermacam-macam. Mulai dari pola pikir masyarakat yang belum biasa menerima perubahan hingga kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas untuk membantu para penyuluh.

Hal itu pula yang terjadi pada Yulia Fitriana, seorang penyuluh pertanian di Kelurahan Sungailiat yang terletak di Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung. Pada tahun 2010 ia menerima tugas sebagai Penyuluh Pertanian Lapangan di sana.

Luas lahan pertanian di sana sangat besar. Lahan pertanian Kelurahan Sungailiat mencapai 1.550 hektare dan Kelurahan Srimenanti 340,50 hektare.

Namun, meski sangat luas dan memiliki potensi, para petani di sana belum mencapai taraf yang menjanjikan. Hal itu terjadi karena pola pikir pertanian yang diterapkan masih berpedoman pada generasi masa lalu. Sudah tentu hal itu tidak sesuai dengan perkembangan zaman yang selalu menuntut perubahan.

Kedatangan Yulia yang ingin mengubah pertanian di Kelurahan Sungailiat menjadi lebih maju pun ditolak. Ia sering dihiraukan begitu saja oleh warga. Bahkan, bisa dibilang kehadirannya tidak mempunyai arti.

Namun, ia tidak menyerah begitu saja. Tekad dan kerja kerasnya untuk memajukan dunia pertanian di Kelurahan Sungailiat terus dilakukan. Dengan pendekatan perlahan-lahan kepada tokoh masyarakat, ia mulai bisa melakukan kegiatan penyuluhan dengan baik.

Jika pada awal kedatangannya ia mengaku tidak banyak melakukan apa-apa, hanya memberi informasi dan menyampaikan materi penyuluhan, satu tahun kemudian perubahan mulai terjadi. Saat itu Yulia bisa mencarikan solusi bagi petani.

Solusi yang Yulia tawarkan adalah penanganan hama dan penyakit yang sering petani keluhkan. Itu sesuatu yang wajar, karena petani di Sungailiat masih sering menggunakan pestisida.

Yulia pun mengadakan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SL-PHT) untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Sekolah lapangan yang Yulia bentuk digelar seminggu sekali setiap Kamis. Pertemuan dilakukan selama 12 kali jika ditotal secara keseluruhan. Dengan demikian, sekolah lapangan tersebut berlangsung selama tiga bulan.

Dalam rentang waktu itulah Yulia dan para petani mengamati pola hama serta penyakit yang sering dihadapi.

Selain menggelar sekolah lapangan yang fokus pada pengendalian hama, Yulia juga membuat sekolah lapangan lain, yakni Sekolah Lapangan Good Agriculture Practices (SL-GAP). Berbeda dengan sebelumnya, sekolah lapangan ini Yulia menekankan budidaya sayuran sehat secara organik.

Kedua sekolah lapangan yang Yulia bentuk pastinya membuat para petani di Sungailiat menjadi lebih paham, bahwa ada cara yang lebih baik untuk mengembangkan pertanian.

Kini mereka bisa mengatasi hama penyakit dengan menggunakan limbah daun dan trikoderma. Pestisida yang seringkali menyebabkan efek samping negatif pada hasil tani tidak lagi digunakan.

Adanya perubahan pola pikir petani di Sungailiat tentu tidak terlepas dari peran Yulia sebagai penyuluh pertanian. Dengan dua sekolah yang dibentuknya, ia sukses mengubah pertanian di sana dengan caranya yang sangat cerdas.

Atas keberhasilannya tersebut, tidak heran Yulia diganjar sebagai Penyuluh Teladan 2015 oleh Kementerian Pertanian. Suatu prestasi yang begitu pantas, mengingat perjuangannya mengubah pola pikir masyarakat yang sudah terlanjur mendarah daging itu tidak mudah.

Cerita Yulia dapat menjadi inspirasi dan teladan bagi penyuluh pertanian lainnya yang tersebar di Indonesia, bahwa selalu ada jalan bagi siapa saja yang hendak membuat perubahan di dunia pertanian. (advertorial)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda

Berita Populer

Berita Terkini