TRIBUNNEWS.COM – Jumlah produksi bawang merah dari berbagai daerah di Indonesia mencapai angka yang menggembirakan. Dengan produksi yang didapat dari total lahan seluas 1 juta hektar yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, Kementerian Pertanian akan menghentikan impor bawang merah untuk tahun 2016.
Hal itu ditegaskan Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono saat menghadiri Festival Hortikultura Nasional yang diselenggarakan di Kota Mataram, NTB, Sabtu (10/10/2015) silam.
“Tahun 2016 kita tidak lagi impor bawang merah, baik benih atau untuk konsumsi,” ujar Spudnik.
Ia mengatakan jumlah produksi bawang merah Indonesia saat ini telah cukup untuk menghentikan impor. Beberapa wilayah seperti Bima dan Sumbawa di NTB dapat menjadi pemasok terbesar bawang merah untuk kebutuhan nasional.
Apalagi bawang merah NTB telah diekspor ke beberapa negara, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Vietnam.
Saat ini Kementerian Pertanian sendiri telah menargetkan penambahan lahan seluas 5.000-7.000 hektar dari lahan yang sudah ada. Spudnik mengharapkan, para petani dapat menghasilkan 12 juta ton dalam setahun untuk memenuhi produksi bawang nasional.
Selain NTB, produksi bawang merah juga tercatat positif di Medan, Sumatera Utara. Kepala Sub Bagian Program Dinas Pertanian Sumatera Utara, Marino mengatakan hasil produksi bawang merah di wilayahnya mengalami peningkatan 33,79 persen.
Artinya, pada periode Januari-September 2015 produksi bawang merah di Sumatera Utara mencapai 7.263 ton. Hal tersebut jauh meningkat jika dibandingkan produksi pada rentang waktu yang sama di tahun 2014. Pada tahun tersebut produksi bawang merah hanya 5.429 ton.
Produksi bawang merah di Sumatera Utara sendiri tersebar di berbagai daerah, seperti Kabupaten Dairi, Simalungun, Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Karo, Humbahas, Medan, dan Padang Lawas Utara.
Atas dasar produksi yang melimpah, Marino menegaskan Sumatera Utara tidak perlu mengimpor bawang merah. Produksi yang telah berjalan hingga saat ini telah mencukupi kebutuhan masyarakat. Pada tahun ini Marino menargetkan realisasi sebanyak 9.681 ton.
Di tingkat pedagang sendiri, bawang merah lokal mendapat respon lebih baik dibanding bawang merah impor. Para pembeli di Pasar Sukaramai Medan lebih memilih bawang merah lokal berkat kualitas yang lebih bagus di samping harga yang sama terjangkaunya dengan bawang merah impor.
“Bawang merah lokal bentuknya lebih kecil dibanding bawang merah Peking. Tapi, kalau digoreng nggak lengket dan lebih gurih,” ujar salah seorang pedagang di Pasar Sukaramai, Yanti Sialoho. (advertorial)