TRIBUNNEWS.COM – 2015 bisa dibilang tahun modernisasi pertanian. Banyak perubahan yang dilakukan pada tahun ini. Seiring semakin berkembangnya minat generasi muda pada pertanian, alat-alatnya pun mengalami kemajuan.
Hal tersebut sering pula disebut mekanisasi. Istilah tersebut semakin santer terdengar ketika modernisasi pertanian semakin gencar digalakkan Kementerian Pertanian.
Hal tersebut merupakan solusi yang efisien untuk menggantikan pola usaha tani manual. Selain itu, keterbatasan jumlah tenaga kerja pun dapat teratasi dengan adanya mekanisasi.
Mekanisasi ini sebenarnya sudah lama dilakukan, tapi hingga tahun 2014 jumlahnya masih terbatas. Pada tahun tersebut Alat Mesin Pertanian (Alsintan) hanya mampu disediakan sebanyak 10 ribu unit.
Namun, pada tahun 2015 kemajuannya meningkat pesat.
Tercatat pada 2015 mekanisasi dilakukan secara besar-besaran. Alsintan yang disediakan mencapai 62.221 unit dan masih akan terus bertambah pada tahun 2016 mendatang.
Alsintan yang disediakan tersebut meliputi berbagai macam jenis. Di antaranya Rice Transplanter, Combine Harvester, Dryer, Power Thresher, Corn Sheller, Rice Milling Unit (RMU), traktor, dan pompa air.
Tercatat, penyediaan Alsintan tersebut mampu menghemat biaya produksi sekitar 30 persen dan menurunkan susut panen 10 persen.
Selain itu, mekanisasi juga mampu menghemat biaya olah tanah, biaya tanam, dan biaya panen sebesar Rp 2,2 juta/ha dari pola manual Rp 7,3 juta/ha.
Dengan demikian, total biaya produksi mampu ditekan hingga mencapai Rp 5,1 juta/ha.
Penghematan dan efisiensi melalui sistem mekanisasi itu juga terlihat dari sektor tenaga kerja. Jika mengolah tanah secara manual memerlukan 20 orang hari kerja/ha dengan biaya Rp 2,5 juta/ha, maka menggunakan Alsintan seperti traktor lebih hemat.
Tercatat lahan pertanian yang diolah menggunakan traktor dapat diselesaikan 1 orang saja dengan produktivitas 3 hektar/ha dan biaya hanya Rp 1,8 juta/ha.
Itu baru Alsintan berupa traktor. Alsintan lain seperti rice transplanter juga tercatat mampu membuat produktivitas tinggi dengan biaya yang lebih efisien.
Alat tersebut mampu menghemat tenaga dari pola manual 19 orang/ha menjadi 7 orang/ha. Biaya tanamnya pun menurun dari Rp 1,72 juta/ha menjadi Rp 1,1 juta/ha.
Selain itu, Alsintan lain seperti power weeder juga mampu menghemat tenaga kerja. Alat tersebut mampu menghemat tenaga kerja dari pola manual 15 orang/ha menjadi 2 orang/ha.
Biaya menyiangnya pun turun dari Rp 1,2 juta/ha menjadi Rp 510 ribu/ha.
Sementara untuk panen padi, alat combine harvester menjadi unggulan. Alat tersebut mampu menghemat tenaga kerja dari pola manual 40 orang/ha menjadi 7,5 orang/ha.
Biaya panennya dapat ditekan dari Rp 2,8 juta/ha menjadi Rp 2,2 juta/ha. Selain itu combine harvester pun mampu menekan kehilangan hasil (lossis) dari 10,2 persen menjadi 2 persen.
Apabila dihitung secara nasional dengan memakai produksi tahun 2014 sebesar 70,8 juta ton, combine harvester mampu berkontribusi besar pada produktivitas. Potensi kehilangan hasil sebesar Rp 17 triliun dapat diselamatkan.
Atas catatan tersebut, Kementerian Pertanian senantiasa mendistribusikan Alsintan pada petani yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.
Sesuai APBN 2015, Kementan telah mendistribusikan traktor roda dua dan empat 26.100 unit, rice transplanter 5.563 unit, dan combine harvester 2.790 unit pada para petani Indonesia.
Mekanisasi yang telah dilakukan secara masif dan berkelanjutan tersebut telah dirasakan manfaatnya oleh petani. Bahkan, saat kunjungan kerja Menteri Pertanian ke Kabupaten Tulangbawang, Lampung, 21 April 2015 lalu, Bupati Tulangbawang mengusulkan Menteri Pertanian Amran Sulaiman dinobatkan sebagai Bapak Modernisasi Pertanian.
Dengan berbagai catatan positif tersebut, tidak heran jika modernisasi pertanian akan terus dilanjutkan pada 2016 mendatang.
Modernisasi dengan mekanisasi alat-alat mesin pertanian telah membuat pertanian Indonesia lebih efisien, produktif, memiliki daya saing, berpendapatan tinggi, dan mempunyai nilai tambah.
Selain itu, tentu saja modernisasi pertanian berdampak positif pada perkembangan pencapaian kedaulatan pangan yang dicanangkan Presiden Joko Widodo. (advertorial)