TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Persoalan drop out (DO) dalam kepersertaan program KB jadi masalah serius yang dihadapi BKKBN hingga saat ini.
Secara umum saat ini di Indonesia, sekitar 27 persen pengguna alat kontrasepsi memilih berhenti atau tidak melanjutkan program (drop out) setelah setahun penggunaan.
BKKBN akan terus mendorong penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang yang saat ini baru dipakai 30 persen peserta KB.
"BKKBN akan lebih banyak memberikan konseling dan komunikasi interpersonal tentang pilihan penggunaan alat kontrasepsi ini," kata Deputi keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga, Sudibyo Alimoeso di Banten, Sabtu (2/8/2015).
Salah satu langkah yang dilakukan adalah memberikan pengetahuan yang lebih banyak kepada tenaga penyuluh KB yang berhubungan langsung peserta.
"Tapi tidak bisa jangkau banyak peserta karena sejak otonomi daerah banyak petugas lapangan justru dijadikan pegawai pemda dan tidak jadi penyuluh KB," katanya.
Sudibyo memperkirakan, tingginya kasus DO ini menyebabkan tidak tercapainya target angka kelahiran per perempuan sebesar 2,1 tahun 2015 ini.
"Tahun 2014 lalu, angkanya masih 2,6 jadi kita revisi lagi target 2,1 per wanita pada tahun 2025," kata Sudibyo.