“Biasanya, erosi tersebut ditandai dengan sulit dan sakit menelan. Hal ini bisa dideteksi dengan menggunakan EGD,” ujarnya.
Endoskopi juga bisa untuk digunakan dalam penanganan, salah satunya masalah tukak lambung yang bisa dihentikan dengan endoskopi.
Ada pula penanganan perdarahan pada saluran cerna.
Dengan endoskopi, membuat penanganan menjadi lebih cepat dan tepat dan biasanya penanganan masalah tersebt dilakukan melalui pembedahan.
Tidak hanya itu, penanganan obesitas juga bisa meggunakan endoskopi.
Caranya, dengan memasukan balon ke lambung lewat endoskopi tersebut. Mereka yang dimasukan balon ini akan merasa kenyang walau makan sedikit.
Pada akhirnya, mereka akan mengalami penurunan berat badan dalam hitungan bulan.
“Di Siloam Hospitals TB Simatupang, tindakan ini berkisar antara Rp 3 juta - Rp 4 juta. Angka ini sangat terjangkau dan jauh dari standar di luar negeri terutama Singapura,” jelas dia.
Epistel menambahkan kolonoskopi adalah suatu tindakan untuk melihat keadaan saluran cerna bagian bawah (SCBB) mulai dari anus hingga bagian akhir usus kecil dengan menggunakan kolonoskopi.
Dibanding EGD, teknik kolonoskopi relatif lebih sulit sehingga untuk menguasai tehnik ini dibutuhkan keterampilan dan pengalaman yang cukup.
Kolonoskopi ini menjadi hal wajib bagi warga Jepang, terutama pada mereka yang berusia di atas 50 tahun.
Sebab, di negara tersebut angka kejadian kanker kolon sangatlah tinggi namun bagi mereka yang memiliki riwayat keluarga kanker kolon sebaiknya melakukan pemeriksaan kolonoskopi setiap lima tahun sekali.
“Seperti halnya EGD, kolonoskopi juga bisa melakukan tindakan. Terutama bila terjadinya polip pada saluran cerna. Ini harus segara dihilangkan mengingat polip merupakan cikal bakal terjadinya kanker kolon. Di Siloam Hospitals TB Simatupang, kolonoskopi biasanya memakan biaya Rp 5-6 juta,” kata Epistel.